Minyak kayu putih yang diusapkan dalam permukaan kulit akan memberikan rasa hangat, selain itu dapat mencegah pembengkakan (anti inflamasi), mencegah alergi, antimikroba,dam relaksasi otot.
Senyawanya minyak kayu putih akan masuk melalui folikel, lalu masuk dalam kelenjar keringat, msauk dalam cairan tubuh (darah atau limfe).Â
Di dalam cairan darah tersebut akan memberikan respon pada tubuh, jika ada benda asing masuk maka tubuh akan membuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.
Lantas apa hubungannya minyak kayu putih dengan corona. Yang pertama adalah efek psikologis, akan membuat seseorang akan relaks dan nyaman, sangat bagus untuk proses penyembuhan.
Yang kedua adalah efek fisiologis, yakni tubuh akan dirangsang mengeluarkan antibodi. Yang ketiga, perang langsung dengan virus tetapi ini masih sulit dibuktikan efektifitas dan risikonya.
Organ yang mengalami gangguan saat infeksi corona virus adalah saluran pernafasan terutama paru-paru. Kematian yang diakibatkan oleh virus ini adalah gagal nafas gegara alveoli tertutup lapisan lendir akibat respon terhadap kehadiran virus.Â
Secara teori, aroma terapi dapat untuk relaksasi pernafasan guna meningkatkan ventilasi alveoli, sehingga terjadi peningkatan pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurasi stress fisik dan emosi, menurunkan intesitas nyeri dan kecemasan. Lantas bagaimana dengan antivirusnya..?
Mekanisme kedua adalah senyawa tersebut dapat merusak polipeptida pada dinding sel mikroba, sehingga pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna dan akibatnya terjadi kebocoran sel dan matilah mikrobanya. Itu secara prinsip teorinya, namun sepertinya "ngeri-ngeri sedap" bukan saluran pernafasan dipapar senyawa tersebut? Lebih tepatnya untuk obat luar saja, aman.
Lantas bagaimana kita menyikapinya?
Inilah tantangan normal baru. Sebab selama ini yang didebatkan bukan bagaimana kerja dari minyak kayu putih tetapi kekurang tepatan dalam penyebutannya saja.