Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hari Tari Sedunia di Taman Indrakila

30 April 2018   12:15 Diperbarui: 1 Mei 2018   02:19 2535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan tangan kosong, Arjuna sebagai seorang kesatria tidak sanggup melawan para raksasa yang mengganggu para Brahmana yang sedang bertapa. Dia nampak ragu, sesaat hendak mengambil busur dan anak panahnya yang tersimpan di dalam kamar, sebab di dalam ada kakaknya, yakni Yudistira yang sedang istirahat bersama Drupadi. Dengan segala pertimbangan akhirnya dia masuk kamar dan mengambil senjatanya lalu menghabisi para raksasa. Dia pun meminta maaf kepada kakaknya, karena telah lancang masuk di kamarnya tanpa ijin.

Meskipun dimaafkan, dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri lalu sebagai penebusan, dia bertapa di sebuah pertapan yang bernama Indrakila. Indrakila adalah tempat yang bermakna suci dan kemilau, tetapi siang ini Indrakila nampak riuh dengan tari-tarian dan tetabuhan. Arjuna pun bangkit memangkat kameranya.

Hari Tari Sedunia

29 April yang diperingati sebagai tari sedunia, menjadi momentum bagi anak muda Kabupaten Boyolali untuk menyemarakannya. Dengan tema "Motion and Nature" pargelaran festival tari dilaksanakan di Kebun Raya Indrokilo. Lokasi yang sangat menarik, meskipun Indrokilo adalah nama tempat pertapaan dalam cerita pewayangan, namun kali ini para pertama dari Boyolali turun gunung untuk mementaskan tariannya.

Di lahan seluas 8,9 hektar ini telah dijadikan kebun raya yang nantinya akan mengoleksi tumbuhan khas nusantara. Namun kali ini dijadikan sebagai panggung tari bagi sekitar 25 kelompok tari yang akan mementaskan dari pagi hingga petang tiba. Momentum ini diambil bertepatan dengan hari tari sedunia, sebab di kota sebelah yakni solo juga diadakan tari dengan 5000 penari.

Para Penari

Salah satu penari penyandang tuna rungu yang ikut mementaskan tariannya.(dok.pri).
Salah satu penari penyandang tuna rungu yang ikut mementaskan tariannya.(dok.pri).
Semua tumpah ruah baik penari dan penonton di Taman Indrokilo. Ada satu hal yang menarik bagi saya yakni tari merak. Tarian yang dibawakan dengan anggun oleh seorang gadis remaja ini. Dia membawakan dengan antusias seolah-olah mengikuti alunan musik yang ritmik. Dia mementaskan tarian ini hingga tuntas dan tepuh riuh penonton membuncah di akhir tariannya.

Sebuah fakta mengejutkan jika penari tersebut ternyata tuna rungu. Musik yang mengalun memekakan telinga bagi dia adalah sebuah kesunyian. Kembali saya mengulang rekaman dari apa apa yang saya saksikan baru saja, sepertinya tidak ada yang terlewati. Seorang siswi SMPLB, dengan luar biasa membawakan tarian yang hanya dipandu oleh seseorang yang bagi kita tidak masuk dalam pertunjukan. Ini adalah salah satu apresiasi bagaimana tari adalah milik semua. Meskipun yang lain terhenyak dalam alunan dan gerakan, dia tetapi menari dalam keheningan.

Tari gedrug yang dibawakan anak-anak SMP (dok.pri).
Tari gedrug yang dibawakan anak-anak SMP (dok.pri).
tarian kontenporer yang dipadu dalam musik modern juga ditampilkan. Ada dua jenis tarian yang juag menjadi ajang cosplay menurut saya karena dengan kostum dan penampilan yang menarik. Tari gedrug, demikian namanya. Gedrug yang menurut pemahaman saya adalah hentakan kaki, maka tarian ini lebih condong dengan gerakan di kaki. Kaki yang pening dengan lonceng-lonceing kecil menjadi musik tersendiri. Dengan gerakan yang dinamik dan kostum yang menarik menjadi suguhan yang fantastis di sela-sela tari tradisional yang lain.

Kostum tari topeng ireng (dok.pri).
Kostum tari topeng ireng (dok.pri).
Topeng Ireng, yang konon adalah simbol perlawanan terhadap kesewenang-wenangan penguasan juga ditampilkan dalam tarian. Tarian ini mirip dengan gedrug tetapi dengan gerakan yang lebih variatif. Tarian ini banyak dipertunjukan terutama di daerah Kabupaten Temanggung yang katanya sebagai asal mula atau cikal bakal tarian ini.

Pertunjukan tarian tidak hanya yang bersifat kolosal, tetapi ada juga yang berpasangan. Dikisahkan ada 2 orang abdi dalem di jaman Kasunanan Surakarta yang bertugas menyalakan lampu saat senja tiba. Dua abdi dalem ini memiliki perilaku yang jenaka, sehingga setiap tariannya penuh dengan unsur humor yang mengundang gelak tawa dari penonton. Tari Ganjur ganjret demikian namanya, sepertinya kisah bapak dan anak yang memainkan peran sebagai abdi dalem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun