Mohon tunggu...
Dharma Arif Nugroho
Dharma Arif Nugroho Mohon Tunggu... Ilmuwan - Seorang Junior Researcher

Suka Merantau dan Menikmati Pemandangan Alam Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencermati Jejak Langkah Penelitian Wallace

10 Mei 2011   01:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:54 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering



Pemberitaan seputar penelitian Alfred Russel Wallace (1854-1862) di Indonesia, yang menjadi cikal bakal Teori Darwin, belakangan ini ramai dibicarakan. Wallace yang selama kurang lebih delapan tahun melakukan studi mengenai fauna darat di Indonesia, memberikan sebuah ide kepada Charles Darwin tentang bagaimana proses seleksi alam mempertahankan suatu spesies di dunia. Sehingga kemampuan untuk bertahan hidup suatu spesies di alam akan menghindarkannya dari kepunahan. Ide ini lah yang tertuang dalam makalah Wallace dengan judul On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type, yang disertakan bersama sebuah surat dan di kenal sebagai Letter from Ternate. Selain itu Wallace juga menciptakan sebuah garis imajiner sebagai batas pemisah fauna dan di kenal sebagai Garis Wallacea.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai institusi ilmiah terbesar di Indonesia telah merintis jalan untuk melestarikan hasil karya Wallace di Indonesia. Dimulai dari peringatan 150 tahun Letter from Ternate karya Wallace, kemudian didirikannya Monumen Wallace, Observatorium Wallacea, sampai dengan akan dibentuknya Laboratorium Alam Wallacea (Kompas, 22 Januari 2009, 14). Ini merupakan penghargaan terhadap Wallace sebagai seorang ilmuwan yang telah mengenalkan kepada dunia bahwa Indonesia menjadi sumber inspirasi sebuah teori biologi yaitu Teori Evolusi Darwin.

Jika dicermati lebih lanjut, sebenarnya sejak dahulu wilayah Indonesia merupakan sasaran riset dunia. Telah banyak ekspedisi yang dilakukan berabad-abad yang lampau di wilayah Nusantara (mencakup wilayah Asia Tenggara) terutama oleh bangsa Eropa, yang kala itu sembari mencari sumber rempah-rempah. George Everhard Rumphius atau yang lebih dikenal dengan sebutan Rumphius telah melakukan riset terhadap berbagai jenis tumbuhan di wilayah Maluku dan sekitarnya. Tak hanya di darat, Pieter Bleeker (1819-1878 ) seorang dokter dan ahli iktiologi berkebangsaan Belanda telah mengkoleksi spesimen ikan lebih dari 12.000 jenis dari perairan laut Indonesia. Selain itu, Pieter Bleeker telah mendeskripsikan 511 genera dan 1925 spesies baru serta mempublikasikan Altlas Ichthyologique yang terbit dalam 36 volume. Dan sampai saat ini wilayah laut Indonesia menjadi pusat studi Ikan Raja Laut Coelacanth.

Menakjubkan sebenarnya, namun banyak di antara kita yang belum tahu bahkan tidak tahu jika Indonesia memiliki potensi sains yang tinggi. Potensi sains ini merujuk pada pemikiran Wallace yang telah melahirkan Letter from Ternate sehingga menjadi dasar pemikiran Teori Evolusi Darwin. Potensi sains tehadap penemuan-penemuan spesies baru yang memungkinkan melahirkan konsep baru hingga teori baru dalam bidang biologi.

Tidak mudah dan tidak secepat yang diharapkan dalam menggali potensi sains Indonesia. Diperlukan waktu yang relatif lama, seperti seorang Wallace untuk mendapat sebuah kesimpulan tentang gagasan evolusi, serta pemikiran yang komprehensif terhadap fenomena alam yang terjadi. Penelitian bertahun-tahun (lebih dari lima tahun) tentunya membutuhkan dana yang cukup besar apalagi untuk wilayah seluas Indonesia, selain itu dibutuhkan ketekunan yang luar biasa dari seorang peneliti. Ketersediaan informasi berupa riset sejenis yang menjadi acuan dalam menentukan langkah penelitian selanjutnya merupakan faktor yang sangat penting, karena banyak riset kecil sejenis yang dilakukan oleh beberapa kelompok peneliti yang belum terangkum menjadi satu.

Mencermati pemikiran Wallace dalam membagi wilayah fauna di Indonesia saat itu adalah dengan cara membuat sebuah daftar fauna yang ditemukan dan lokasi ditemukannya. Mengamati komposisi jenis fauna yang dominan dan perbedaan karakter yang menonjol dari tiap-tiap kelompok fauna tersebut. Selanjutnya perbandingan penyebaran fauna antar pulau dan kemungkinan penyebarannya harus sangat dipahami. Relung geografis dan pembentukan sebuah pulau menjadi dasar pemikiran bagaimana cara penyebaran fauna tersebut. Yang tak kalah penting adalah kondisi habitat dimana fauna itu berasal dan bertahan hidup. Sangatlah kompleks jika ditelusuri satu-persatu bagaimana sebuah konsep pembagian wilayah fauna yang akhirnya menjadikan kekhasan fauna di suatu daerah. Inilah yang sering disebut spesies endemik. Spesies yang tidak ditemukan di daerah lainnya.

Saat ini, hal utama yang belum terpikirkan oleh berbagai lembaga penelitian di Indonesia adalah bagaimana menyatukan informasi ilmiah dari berbagai sumber ke dalam sebuah sumber informasi yang menampung semua daftar spesies, sebaran, habitat dan lainnya yang berasal dari Indonesia. Sumber informasi ilmiah ini semacam direktori. Sebuah Direktori Spesies Indonesia. Dari sinilah kita bisa menggambarkan bagaimana pengelompokkan fauna di Indonesia saat ini. Dan hal seperti inilah yang sangat mungkin dilakukan oleh Wallace kala itu dalam menentukan garis imajiner yang membagi perwilayahan fauna di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun