Mohon tunggu...
Dhany Wahab
Dhany Wahab Mohon Tunggu... Penulis - Lembaga Kajian Komunikasi Sosial dan Demokrasi [LKKSD]

IG/threads @dhany_wahab Twitter @dhanywh FB @dhany wahab Tiktok @dhanywahab

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tuntunan Hidup Rasulullah (THR)

19 Mei 2020   11:30 Diperbarui: 24 Mei 2020   19:36 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tunjangan Hari Raya alias THR adalah kata yang menjadi trending topik setiap menjelang Lebaran. THR menjadi buah bibir ditengah masyarakat, di kantor, pabrik, pasar, jalanan dan di banyak tempat lainnya. Tua muda, orang tua dan anak-anak, laki-laki dan perempuan serasa akrab dengan THR.

THR adalah bonus rezeki yang bisa membantu untuk memenuhi kebutuhan hari raya idul fitri. Tiap keluarga bersuka cita menyambut hari raya dengan menghidangkan aneka kue dan makanan istimewa, membeli baju baru dan yang tak kalah penting membayar zakat fitrah.

Pemerintah menyiapkan anggaran THR sekitar Rp 29 triliun yang akan diberikan kepada PNS baik di pusat dan daerah serta pensiunan. Sementara pekerja swasta mungkin ada yang kurang beruntung karena perusahaan tak sanggup membayar THR. Bahkan banyak karyawan yang sudah terkena PHK sejak merebaknya pandemi.

Semestinya soal THR jangan sampai mengganggu pikiran kita agar lebih fokus dan khusyu’ beribadah di hari-hari terakhir ramadan. Pada masa 10 hari terakhir Bulan Ramadan ini, Allah SWT akan membebaskan hamba-Nya yang berpuasa dari segala dosa dan terbebas dari siksa api neraka.

Di dalam hadis riwayat ‘Aisyah dijelaskan “Ketika memasuki sepuluh akhir Ramadan, Nabi fokus beribadah, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut ibadah,” (HR Al-Bukhari).

Sungguh merugi orang-orang yang melewatkan hari-hari terakhir ramadan, malah sibuk dengan mempersiapkan lebaran. Tradisi dan kebiasaan yang berlangsung ditengah masyarakat jangan sampai menjauhkan diri dari upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas amal ibadah di bulan penuh berkah.

Seandainya kita mendapatkan rezeki yang tak terduga seperti THR maka jangan lupa untuk bersedekah, menyisihkan sebagaian untuk orang lain. Karena pahalanya tidak hanya didapatkan bagi mereka yang sedang bersedekah saja. Melainkan juga dinikmati oleh orang yang menerimanya. Bersedekah dengan berbagi THR tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, namun juga mendekatkan hubungan kita dengan sesama.

THR yang tak kalah penting adalah target harian ramadan. Waktu yang masih tersisa di bulan ramadan selayaknya digunakan untuk melakukan evaluasi amal dan ibadah kita. Setiap hari ramadan yang kita lalui dijalani dengan ‘sekedarnya saja’ atau kita bersemangat untuk melakukan perubahan.

Kebanyakan orang menjalankan puasa hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Menahan lapar dan haus seharian tapi belum cukup mampu mengelola hati dan emosi. Padahal tujuan puasa secara tegas dijelaskan dalam Alquran surah Al-Baqarah [2]: 183 adalah untuk membentuk pribadi Muslim yang bertakwa kepada Allah. Terbangunnya karakter yang patuh dan ikhlas untuk mengerjakan semua perintah Allah, dan menjauhi semua yang dilarang Allah.

Seharusnya kita melakukan kontrol dengan ketat apa yang menjadi target harian ramadan. Aktifitas yang kita jalani sejak bangun untuk makan sahur, berpuasa hingga waktu berbuka. Tujuan besar yang ingin kita capai pada bulan ramadan harus kita breakdown menjadi kegiatan harian dan diperjelas menjadi aktifitas setiap jam.

Target Harian Ramadan (THR) menjadi alat ukur kita untuk mengetahui rutinitas yang kita lakukan selama 24 jam. Pola kebiasaan akan membentuk karakter dalam setiap pribadi seorang muslim. Kebiasaan sholat malam (terawih), kebiasan bersedekah, bertadarus, sholat berjamaah harus menghasilkan akhlaq mulia yang berorientasi pada kesalehan sosial.

“Sesungguhnya seluruh amal anak Adam itu untuk diri mereka sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya.” (Hadis Qudsi).

Puasa yang mampu mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar inilah yang mampu membentuk pribadi Muslim yang bertakwa seperti tersirat dalam QS Al-Baqarah [2] ayat 183. Bagi umat Islam, puasa di samping memiliki tujuan spiritual, juga mengandung manfaat dan hikmah bagi kehidupan. Puasa sebagai salah satu target harian ramadan bertujuan menyehatkan fisik maupun psikis (kejiwaan).

Pola kebiasaan yang baik selama bulan ramadan selayaknya dapat menjadi model kita dalam menjalani kehidupan keseharian. Ramadan merupakan madrasah pembelajaran dan pelatihan yang dapat melahirkan karakter seorang muslim seperti Rasulullah SAW.

Dalam menjalani kehidupan seharusnya kita terus berusaha agar selaras dengan Tuntunan Hidup Rasulullah (THR). Ketika ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha diminta Sa’ad bin Hisyam mengganbarkan akhlak keseharian Rasulullah, Ummul Mu`minin pun menjawab, “Sesungguhnya akhlak Nabi Muhammad SAW adalah al-Qur`an.” (HR. Muslim).

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menggambarkan dengan sangat baik bagaimana keseharian beliau. Rasulullah sangat bagus dalam menjalin pergaulan, murah senyum, bercengkrama dengan keluarga, bersikap lemah lembut terhadap mereka, memberikan nafkah, bahkan mengajak bercanda.

Selain di masjid dan di rumah, kegiatan harian Rasulullah juga menjangkau ranah sosial. Di antara kegiatan yang dilakukan beliau yaitu: memantau dan memeriksa kondisi riil masyarakat, menjalin pergaulan simpati, memeriksa praktik kecurangan di pasar (HR. Muslim), hal ini merupakan cerminan kepedulian sosial yang sangat tinggi.

Rasulullah SAW adalah figur yang mesti teladani oleh seorang muslim. Perilaku dan sifat beliau merupakan pedoman hidup yang paripurna. Firman allah SWT yang berbunyi: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut allah ”. (QS. Al-Ahzab Ayat 21).

Rasulullah senantiasa merencanakan kegiatan dan masa depannya dengan baik dan sungguh-sungguh. Merencanakan masa depan adalah salah satu teladan dari Rasulullah harus kita maknai dengan artian yang luas, dan tidak hanya soal ibadah dan selamat di akhirat, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan.

Sebagai orang tua kita wajib menata dan merencanakan masa depan anak kita agar mereka menjadi generasi yang kokoh imannya dan mulia akhlaknya. Ramadan menjadi masdrasah bagi anak agar ditempa dengan benar, maka saat dewasa mereka akan memiliki mental yang kuat serta tidak mudah putus asa. 

Tuntunan Hidup Rasulullah (THR) seharusnya menjadi role model perencanaan dan panduan bagi kita dalam menjalani kehidupan agar dapat meraih kebahagiaan di dunia dan akherat.**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun