Mohon tunggu...
Dhanny Hamid Ustady
Dhanny Hamid Ustady Mohon Tunggu... Bersinergi untuk kebaikan.

Pertambangan, Pertanian, Politik dan semua sektor untuk menyejahterakan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Financial

Menjadi konglomerat baru di Indonesia

8 Juni 2025   21:39 Diperbarui: 8 Juni 2025   21:45 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustratasi masyarakat kelas bawah lolos dari badai krisis menjadi konglomerat baru ( Dok : Edit AI). 

Di sinilah pentingnya literasi ekonomi rakyat. Kita perlu revolusi pendidikan praktis yang mengajarkan hal-hal seperti: cara mengelola keuangan rumah tangga, strategi membangun usaha kecil, pemahaman tentang koperasi modern, sistem bagi hasil yang adil, hingga logika investasi mikro.

Manusia Indonesia yang ingin lolos dari krisis dan naik kelas tidak bisa lagi hanya menjadi obyek. Ia harus menjadi subyek ekonomi paham sistem, paham uang, dan paham strategi.

3. Jaringan Sosial: Bangun Komunitas, Bukan Kompetisi

Banyak konglomerat tumbuh karena jaringan, bukan semata keahlian pribadi. Masyarakat bawah justru sering terpecah oleh mentalitas kompetisi kecil: tukang bakso merasa iri pada tukang mie ayam, petani saling sikut dalam rebutan pupuk, pedagang pasar saling sabotase harga. Mental ini harus dihentikan.

Yang kita perlukan adalah membangun jaringan sosial yang saling dukung. Komunitas warga yang saling barter produk, koperasi yang bukan sekadar papan nama, desa digital yang dikelola anak-anak muda, serta gotong royong ekonomi dalam bentuk kelompok usaha bersama (KUBE) atau BUMDes yang tidak dijadikan alat politik.

Dengan jaringan, setiap individu tidak berjalan sendiri. Ada kekuatan kolektif yang menopang usaha dan memperluas dampak. Bahkan konglomerasi modern pun sebenarnya lahir dari model networking yang kuat: antara mitra, investor, komunitas pengguna, hingga distribusi.

4. Berani Mengubah Sumber Daya Jadi Nilai Tambah

Indonesia tidak kekurangan bahan baku. Dari hutan, laut, tambang, hingga hasil pertanian semuanya melimpah. Yang jadi masalah, kita terlalu lama hanya menjual bahan mentah dan membeli kembali dalam bentuk mahal.

Manusia Indonesia baru harus belajar mengolah. Dari limbah jadi kerajinan, dari bambu jadi furnitur ekspor, dari hasil tambang jadi produk turunan, dari konten jadi mata uang digital. Ini yang disebut sebagai value creation kemampuan menciptakan nilai tambah dari sumber daya.

Siapa pun yang bisa mengambil bagian dari rantai ini, sekecil apapun, akan masuk dalam sirkulasi ekonomi produktif. Dari sinilah konglomerat baru bisa lahir: bukan dari eksploitasi, tapi dari inovasi berbasis sumber daya lokal.

5. Keberanian Menghadapi Sistem: Jangan Takut Melawan Ketimpangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun