Mohon tunggu...
Dhani Apriandi
Dhani Apriandi Mohon Tunggu... Notaris - Seorang Notaris

Bukan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menikmati Hidup di Masa PPKM

3 Agustus 2021   14:23 Diperbarui: 3 Agustus 2021   14:42 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita berkonsensus bahwa bersyukur tidaklah mudah dilakukan. Sebagai makhluk fana, kita dapat dengan mudah mensyukuri sesuatu, apabila sesuatu itu mendatangkan keindahan dan kebaikan bagi kita. Sementara, apabila sesuatu itu mendatangkan kejelekan dan keburukan, maka kita cenderung akan mengingkari rasa syukur itu.

Tak mengapa, karena itu adalah kompulsi spontan kita sebagai manusia. Namun patut diingat, bahwa kompulsi ini lambat laun dapat melemahkan mental dan menumpulkan pikiran kita untuk menemukan nilai-nilai kebijaksanaan dalam berbagai macam realitas yang akan menimpa kita di kemudian hari.

Oleh karena itu, sebaiknya kompulsi itu jangan dibiarkan mengalir begitu saja. Mental dan pikiran kita harus selalu diasah agar dapat selalu bermanuver menyikapi berbagai realitas sesuai dengan keselarasan yang dikehendaki oleh sang Pencipta.

Kekuatan mental dan ketajaman pikiran adalah dua hal yang sepenuhnya berada dalam pengaruh kita. Semakin keras kita memengaruhinya, maka semakin kuat pula keduanya memengaruhi keburukan untuk menampilkan sisi-sisi kebaikannya kepada kita.

Sebagai wujud dari rasa terima kasih, maka rasa syukur harus dilakukan dengan terlebih dulu menyadari bahwa betapa masih beruntungnya nasib kita saat ini, karena di luar sana masih banyak orang-orang yang bernasib lebih nahas dari kita, tetapi masih mampu mengemukakan rasa syukur.

Apabila kita masih memiliki uang yang cukup untuk makan, maka itu adalah keberuntungan. Oleh karena itu, berterima kasihlah. Dan, apabila kita hanya memiliki sedikit uang untuk makan seadanya, maka itu juga termasuk keberuntungan. Oleh karena itu, berterima kasihlah.

Kemudian, ketika kita telah kehabisan uang untuk makan sekalipun, tetapi masih berjuang keras untuk mendapatkannya, lalu akhirnya mendapatkannya meskipun lewat pinjaman seorang tetangga atau teman, maka itu masih termasuk keberuntungan. Oleh karena itu, bersyukurlah.

Bahkan, seandainya kita tidak memiliki apapun lagi, tetapi masih mendapat sedikit makanan melalui uluran tangan orang lain, maka betapa masih beruntungnya kita, karena minimal kita masih diberi kesempatan untuk melanjutkan kehidupan hingga esok hari. Oleh karena itu, teruslah bersyukur.

Apapun persoalan hidup yang melanda kita, usahakan untuk terus bersyukur. Dalam setiap hal yang terjadi, niscaya terdapat hikmah yang akan menuntun kita kepada cahaya kebaikan. Cari dan temukan hikmah itu, lalu resapi hingga ke akar-akarnya.

Dalam kata-katanya, Seneca mengungkapkan pula bahwa, "Tak peduli apa yang kamu tanggung, tapi bagaimana kamu menanggungnya". Ungkapan ini adalah sebuah refleksi bagi kita agar fokus pada cara yang tepat untuk menyikapi persoalan hidup yang muncul, misalnya dengan ketabahan. 

Ketabahan adalah salah satu buah manis yang berasal dari pohon rasa syukur. Buah ini bermanifestasi sebagai kekuatan psikis bagi kita untuk mementahkan sisi-sisi keburukan yang bersumber dari cobaan hidup yang berupaya menghantam kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun