Akhir pekan ini kembali salah satu aktifitas yang saya lakukan untuk mengisi waktu luang adalah menonton televisi. Pagi ini salah satu serial favorit saya ditayangkan oleh Fox Crime. Serial tersebut adalah Dexter. Sejak dua tahun lalu ketika Dexter memasuki season ke enam, saya selalu mengikuti serial ini hingga saat season delapan yang saat ini masih tayang.
[caption id="attachment_275670" align="alignnone" width="300" caption="Serial Dexter di Televisi Kabel; sumber : foto pribadi"][/caption]
Serial drama televisi dari negeri paman Sam ini bercerita tentang seorang analis darah di kepolisian Miami Metro yang bernama Dexter Morgan. Di perankan oleh Michael C Hall, tokoh Dexter di serial ini selain sebagai seorang analis darah juga memiliki “kerja sampingan” sebagai pembunuh serial (serial killer). Sejak kecil Dexter yang tinggal di rumah penampungan di adopsi oleh seorang anggota kepolisian Miami yang mengetahui “bakat” alami Dexter sebagai pembunuh dan mengarahkannya untuk hanya menyalurkan pada orang-orang tertentu yaitu para penjahat (seperti para pembunuh anak kecil, serial killer dan para mafia). Walaupun memiliki naluri membunuh Dexter juga memiliki kemampuan emosional yang terkendali sehingga dirinya dapat berinteraksi dengan lingkungan kerjanya di kepolisian metro dengan baik sehingga tidak ada seseorang pun yang mengetahui “naluri”nya kecuali saudara perempuannya Debra Morgan.
[caption id="attachment_275671" align="alignnone" width="448" caption="Cuplikan Serial Dexter Season 8; Sumber : foto pribadi"]

Sebelum membunuh seseorang, Dexter selalu melakukan penyelidikan tentang sosok yang dicurigai sebagai penjahat. Pekerjaannya sebagai analis darah memudahkan akses dirinya kepada sampel darah dan DNA yang dapat membuktikan seseorang merupakan penjahat atau tidak. Jika terbukti sang calon korban merupakan penjahat, dirinya akan membius dan kemudian membunuhnya di suatu tempat dan pada akhirnya dengan menggunakan perahunya, jasad sang korban akan dibuang ke laut.
Dalam season kedelapan ini di kisahkan Dexter memiliki seorang “murid” yaitu seorang pemuda bernama Zac Hammilton yang juga memiliki kecendrungan seperti dirinya tetapi belum mampu mengontrol emosinya. Pertemuan pertama Dexter dengan Zax juga sangat unik dimana pada awalnya Dexter ingin membunuh Zac karena terbukti membunuh seorang wanita. Tetapi karena Dexter menemukan bahwa Zac memiliki kesamaan dengan dirinya. Percobaan pembunuhan pun dibatalkan dan Dexter bersedia “membimbing” Zac untuk mengontrol emosinya.
Entah mengapa tiba-tiba saya teringat dengan kondisi negara Indonesia yang saat ini sedang berperang melawan koruptor dan ditandai dengan ditangkapnya beberapa pejabat pemerintahan dan partai politik yang terlibat proses korupsi. Apabila dihubungkan antara koruptor dan serial ini maka dapat disimpulkan bahwa para koruptor di negeri ini adalah para serial koruptor. Yaitu mereka yang terus melakukan korupsi dengan modus-modus tertentu. Nah seandainya saja seorang Dexter Morgan ada di dunia nyata dan datang untuk menyelidiki para koruptor ini dan ketika dirinya sudah menemukan bukti bahwa mereka yang di tangkap adalah benar-benar para koruptor maka dia akan “mengurangi” jumlah koruptor satu-persatu dengan dibuang ke laut.
Tentu saja tulisan ini bukanlah suatu ajakan atau anjuran untuk melakukan tindakan “main hakim sendiri” tetapi sepertinya kita rakyat Indonesia sudah muak dengan aksi para serial koruptor ini yang membuat sengsara banyak orang sedangkan belum ada tindakan tegas dari pemerintah untuk mengurangi kejahatan ini.
Sekali lagi artikel ini hanya sebuah opini bukan suatu ajakan untuk berbuat sesuatu yang melawan hukum.
Salam Hangat Dari Shanghai!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI