Mohon tunggu...
Dhamma Duta
Dhamma Duta Mohon Tunggu...

Hanya seorang pemikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Alasan Banyak Agama

21 Oktober 2012   13:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:34 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam banyak kesempatan saya sering kali melihat seseorang berkata “Mengapa ada banyak agama di bumi ini?” baik di sebuah artikel, komentar atau percakapan biasa. Ada banyak orang bertanya demikian karena satu dan lain hal. Sebagian bertanya karena merasa jenuh dengan berbagai macam pertikaian antar agama yang terjadi dalam sejarah hidup manusia sampai-sampai ada intelektual dari kelompok tertentu menilai bahwa Pencipta (bedakan dengan Tuhan) ataupun surga  dan neraka cuma ada dikhayalan, sehingga mengambil kesimpulan agar seharusnya agama itu ditiadakan saja atau berpendapat sebaiknya hanya satu agama saja dimuka bumi ini. Sebagiannya lagi bertanya karena keingitahuan, tidak lebih tidak kurang.

Suatu ketika, pada satu acara yang saya hadiri, Mario Teguh menerangkan yang mana pada intinya agama itu beragam disebabkan oleh beragamnya tipe manusia, sehingga “Pencipta” memberikan pilihan kepada manusia untuk menentukan agama yang sesuai dengan dirinya. Sepintas penjelasan ini dapat diterima tapi ketika saya mempertimbangkan lebih jauh saya justru menjadi ragu dan pada akhirnya tidak sependapat.

Dibutuhkan waktu yang cukup lama buat saya menemukan jawabannya semenjak saya pertama kali berjumpa dengan pertanyaan tersebut, pada awalnya saya sendiri juga tidak mengerti, tapi pada suatu hari ketika saya mengingat suatu hal, yaitu salah satu kisah dalam ajaran Buddha, pada saat itu lah saya menemukan jawabannya. Lalu apa yang saya ingat tersebut? Dalam ajaran Buddha ada dikisahkan sebagai berikut:

Tidak lama setelah Siddharta berhasil mencapai kebuddhaan, Sang Buddha kemudian berniat untuk pergi ke Surga Kedua dari sistem dunia ini yang bernama Tavatimsa (Sistem dunia lain mungkin namanya berbeda). Tujuan Sang Buddha ke sana ada 2: Pertama, berniat untuk mengajarkan Dhamma kepada mantan ibu, sebagai balas budi karena telah merawat Siddharta selama beberapa hari sebelum akhirnya meninggal dunia; Kedua, pada saat itu adalah masa vassa/musim hujan (berlangsung 3-4 bulan) sehingga banyak hewan yang tinggal di dalam tanah keluar ke permukaan. Oleh karena itu para Bhikkhu (dalam hal ini termasuk Sang Buddha) dilarang bepergian jauh. Oleh karena itu sebagaian besar waktu para Bhikkhu dihabiskan untuk memperdalam Dhamma yang telah dipelajari, sedangkan Sang Buddha sendiri mengajarkan Dhamma. Jadi kesimpulannya Sang Buddha pergi ke Surga Tavatimsa untuk mengajarkan Dhamma kepada mantan ibu sekaligus menghabiskan masa Vassa di Surga Tavatimsa.

Ketika Sang Buddha sampai di Surga Tavatima, pada saat itu yang hadir bukan saja mantan ibu Siddharta. Tetapi berbagai makhluk hidup datang, seperti Para Buddha, Para Boddhisatta, Para Brahma, Para Dewa, Para Naga, Yakka, dll. Mereka datang bukan hanya yang berasal dari sistem dunia ini saja tetapi dari sistem dunia lain. Namun mereka yang datang tersebut tidak semuanya berkeyakinan terhadap Buddha Dhamma. Sebagian berkeyakinan, sebagiannya setengah yakin, sebagaiannya lagi tidak yakin tetapi turut hadir dalam Pertemuan Agung tersebut.

Ibaratkan acara musik yang diadakan di Mall, dimana penyanyinya katakanlah Ayu Ting Ting, pada acara itu yang nonton belum tentu penggemar berat Ayu Ting Ting, ada yang sedikit suka dengan Ayu Ting Ting, ada sama sekali bukan penggemar Ayu Ting Ting tapi ikut menonton acara musiknya.

Nah, sekarang apakah anda sudah mengerti mengapa ada banyak agama yang berbeda-beda? Jika anda masih kurang mengerti, baik saya akan menyampaikannya lebih jelas. Berdasarkan kisah diatas, kita mendapatkan informasi bahwa ternyata bukan cuma manusia saja yang terkelompok-kelompok. Para Dewa di Alam Surga dan Para Brahma di Alam Brahma juga berkelompok, sehingga ketika ada manusia katakanlah Si A, bersemedi lalu kemudian berhasil terkoneksi dengan Alam Surga/Alam Brahma, lalu kemudian mendapatkan informasi dari kelompok Dewa/Brahma tersebut, maka apapun pengetahuan yang diperoleh Si A sesuai dengan apa yang diketahui oleh kelompok Dewa/Brahma tersebut. Sehingga ketika ada manusia lain katakanlah Si B, bersemedi juga dan kemudian terkoneksi dengan Alam Surga/Alam Brahma tapi koneknya dengan kelompok Dewa/Brahma lain, maka pengetahuan Si B sesuai dengan penuturan/pengajarannya kelompok Dewa/Brahma yang lain tersebut. Dan pada akhirnya muncullah beragam agama wahyu didunia. Lalu bagaimana dengan ajaran Buddha. Apakah berasal dari kelompok Dewa/Brahma tertentu? Jawabannya tidak, pengetahuan Sang Buddha diperoleh dari sumbernya, bukan dari tangan kedua atau tangan ketiga. Itulah sebabnya mengapa Sang Buddha pergi ke Surga untuk mengajar Dhamma.

Sang Buddha mengatakan bahwa ada atau tidak adanya seorang Sang Buddha, Dhamma tetaplah ada. Dhamma itu sangat dekat tak lekang oleh waktu, lalu jika demikian mengapa Para Dewa/Brahma ada yang kurang yakin kepada Buddha Dhamma? Jawabannya sederhana, karena ada diantara mereka masih ragu apakah Siddharta memang benar-benar telah berhasil mencapai kesempurnaan atau tidak. Sama seperti ketika ada orang sukses menceritakan mengenai kaidah-kaidah kesuksesan mereka kepada orang banyak, pasti banyak diantaranya tidak yakin apakah orang sukses tersebut benar-benar menerapkan kaidah-kaidah tersebut dan dia sendiri tahu secara pasti bahwa kaidah-kaidah tersebutlah membawa dirinya pada kesuksesan. Jika anda pernah membaca buku the Secret dikatakan bahwa untuk mencapai sukses, seseorang harus bisa menciptakan image didalam benaknya sebelum akhirnya dia bisa sukses meraih apa yang dia cari, namun persoalannya adalah apakah setiap orang sukses melakukan hal itu?? Jika tidak maka kaidah ini hanyalah salah satu cara bukan satu-satunya cara. Selain itu belum tentu juga kaidah-kaidah tersebut berlaku universal dan tetap, contohnya saja Einstein, dia sendiri menolak beberapa gagasan dari Newton, padahal selama seratus tahun gagasan Newton dipercaya benar. Jadi inilah alasan mengapa ada juga Dewa/Brahma tertentu yang tidak yakin kepada Sang Buddha dan sebagiannya menolak keberadaan Sang Buddha karena keangkuhan dari Dewa/Brahma itu sendiri.

Semoga penjelasan saya bermanfaat bagi anda semua, salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun