Mohon tunggu...
Dhamma Duta
Dhamma Duta Mohon Tunggu...

Hanya seorang pemikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Seorang Ustadz Memfitnah Deva

9 Agustus 2013   01:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:30 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pertama-tama saya ingin sampaikan bahwa tulisan ini saya buat semata-mata sebagai sanggahan atas artikel yang ditulis oleh Ustadz Perdana Akhmad S.Psi yang bisa anda baca di Sini. Dalam artikel tersebut beliau menyatakan bahwa Deva itu tidak lain adalah Jin dalam ajaran Islam. Sejatinya saya tidak terlalu pusing dengan usaha cocoklogi tersebut, hanya saja yang menjadi masalah disini adalah beliau menyebut bahwa Para Deva yang disebutkan dalam artikelnya merupakan Jin-Jin Jahat. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya ingin meluruskan fitnah yang disampaikan oleh Ustadz Perdana Akhmad S.Psi tersebut dengan harapan nantinya memberikan pemahaman yang benar bagi siapa pun mengenai Deva.

Dalam ajaran Buddha/Hindu, kata Deva/Dewa merupakan sebutan bagi Satta-Satta penghuni Alam Deva. Satta/Satwa itu sendiri memiliki makna “Yang Memiliki Citta”. Citta itu sendiri mempunyai dua aspek yaitu Pengetahu (Kesadaran) dan Pelaku (Pikiran). Kata Satta bisa juga diartikan sebagai “Yang Memiliki Nyawa”. Dengan demikian Deva sebagai Satta bisa meninggal layaknya Manusia. Alam Deva disebut juga Alam Surga (Sugati=Bahagia) karena dialam tersebut Para Deva secara umum hidupnya bahagia.

Sang Buddha Menjelaskan Bahwa:
1. Peta Niraya (Hantu Neraka)
2. Tiracchana (Binatang, tidak semua binatang dalam biologi termasuk jenis ini)
3. Peta (Hantu)
4. Manusia
5. Deva
6. Brahma

Adalah jenis-jenis dari Satta, dengan kata lain seorang Satta dikatakan Manusia apabila Satta tersebut terlahir sebagai manusia, begitu seterusnya. Perbedaan tipe Satta ini dikarenakan oleh perbedaan Karma (Perbuatan). Dengan demikian, ketika seorang Manusia karena perbuatan buruknya, meninggal dan terlahir di Niraya/Neraka, maka orang tersebut tidak lagi disebut Manusia, tapi Peta Niraya. Begitu juga sebaliknya, jika seorang Manusia karena perbuatan baiknya, meninggal dan terlahir di Alam Deva/Surga, maka orang tersebut tidak lagi disebut Manusia, tapi Deva.

Deva Secara Umum Memiliki Ciri-Ciri Sebagai Berikut:
1. Tampan/Cantik
2. Fisik menyerupai Manusia (tapi belum tentu sama percis struktur tubuhnya)
3. Bercahaya

Selama saya belajar Ajaran Buddha, ada 4 sebab Deva datang menemui Manusia dan 2 Sebab mengapa Deva memiliki kecenderungan menjauhi manusia.

4 Sebab Deva Mendekati Manusia:
a. Ada Manusia Yang Berhasil Mencapai Kesucian.
Pada point ini bisa dilihat pada peristiwa Siddharta Gotama yang berhasil meraih Pencerahan, pada saat itu banyak Deva dan Brahma datang untuk menghormati Sang Buddha.

b. Karena Kebaikan-Kebaikan Tertentu Yang Dilakukan Seorang Manusia.
Pada zaman Sang Buddha ada seorang Bhikkhu bernama Sivali, yang mana pada satu kesempatan Bhikkhu Sivali ini melakukan perjalanan dan melintasi gurun pasir. Sebagaimana kita tahu bahwa gurun pasir merupakan daerah yang jarang dilalui orang, oleh karena itu pada saat itu Sivali tidak menemukan seseorang yang bisa dimintai makanan. Namun atas perbuatan baik Bhikkhu Sivali dikehidupan sebelumnya, beliau tidak pernah kelaparan dan selalu mendapatkan makanan yang layak, para Deva seringkali datang, kadang menjelma sebagai manusia dan memberikan makanan kepada Bhikkhu Sivali. Bahkan Sang Buddha sendiri “tidak seberuntung” Bhikkhu Sivali yang selalu mendapatkan kebutuhan pokok seorang Bhikkhu, karena Sang Buddha sendiri pernah menerima makanan yang tidak layak untuk dimakan (makanan mau basi).

c. Ingin Belajar.
Sakka Raja Para Deva pernah bercerita kepada Sang Buddha bahwa terkadang dia datang menemui para pertapa untuk mengetahui apa yang mereka ketahui dan ajarkan, tapi sayangnya ketika pertapa tersebut mengetahui bahwa yang datang adalah Sakka Raja Para Deva justru para pertapa itu yang bertanya kepada Deva Sakka.

d. Ingin Mengajar.
Beberapa Deva bisa saja datang dengan maksud untuk memberikan pengajaran kepada manusia walaupun para deva tersebut belum tentu saling berhubungan.

2 Sebab Mengapa Deva Memiliki Kecenderungan Menjauhi Manusia:
a. Deva Tidak Suka Bau Manusia.
Sang Buddha mengatakan Para Deva punya kecendurangan untuk menjauhi manusia karena Para Deva punya penciuman yang tajam. Mereka bisa mencium bau manusia radius 1 Yojana (Sekitar 7 Mil). Bagi mereka bau manusia tidak sedap. (Mungkin belum ada deodoran dan parfum kali ya).

b. Takut Diserang.
Deva Sakka pernah “curhat” kepada Sang Buddha bahwa para Deva seringkali diserang secara mendadak oleh para Asura dan ini membuat mereka merasa tidak aman untuk mendekati Manusia. Walaupun para Deva memiliki kesaktian dan derajatnya tinggi itu tidak menjamin para Deva akan selalu menang dari Para Asura. Umpamanya manusia walaupun derajatnya lebih tinggi dari macan, kita tetap saja bisa mati diterkam. Pada dasarnya Asura adalah seorang Deva juga, tapi gara-gara mereka meminum air memabukan (sura) yang ada di Alam Deva mereka akhirnya diusir dari Alam Deva. Rindu dengan kehidupan Alam Deva, akhirnya timbullah kecemburuan pada diri Para Asura, sehingga terjadilah penyerangan para Asura untuk merebut Alam Deva.

Dari penjelasan singkat ini moga dapat meluruskan fitnah yang dilakukan Ustadz Perdana Akhmad S.Psi terhadap para Deva dalam artikelnya. Sekian terima kasih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun