Mohon tunggu...
Dhamas Surya Sundaru
Dhamas Surya Sundaru Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang yang hanya ingin melihat dari sisi yang berbeda. Seorang yang jauh dari jurnalis tapi berkeinginan menjadi penulis. nampang di surat kabar saja tak pernah, apalagi di majalah2 TOP.. semoga dengan nge-blog semua dapat tersampaikan. mohon bimbingannya....

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

PSSI Lebih Kejam dari Sekedar Ibu Tiri

30 Maret 2010   11:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:06 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_106442" align="alignleft" width="300" caption="pasoepati tribun selatan"][/caption]

Bukan lah menjadi rahasia lagi, saat ini memang persepakbolaan Indonesia sedang berada dalam masa kritis. Bagi mayoritas warga Solo, hal ini diperparah dengan remuknya tim kebanggan wong Solo “PERSIS SOLO”. Ya..tahun 2010, PERSIS SOLO mengikuti divisi utama Liga Indonesia. Dari awal tim ini sudah mengundurkan diri akibat tidak ada dana. Tetapi karena kegigihan dari Suporeter fanatiknya, Persis SOLO tetap menatap kompetisi dengan kepala tegak.

Lalu, apakah judul kejam nya PSSI yang saya tulis hanya berdasar pada ambruknya prestasi PERSIS? Bukan. Saya sebagai supporter ingin melihat permasalahan dari berbagai sudut. Dari satu sisi, saya mengacungi jempol kepada Pasoepati atas loyalitas yang tanpa batas terhadap tim yang terpuruk secara prestasi. Tapi bagi saya,loyalitas bukan berarti saya harus membela tim saya tanpa melihat ketangguhan tim lawan. Saya akui secara kualitas, pemain PERSIS SOLO masih berada di bawah tim-tim lain. Anda tau? Pemain Persis SOLO rela tidak di gaji. Dan hanya di berikan honor (itupun masih disunat dan sering terlambat). Loh..kenapa itu bisa terjadi?

Sebenarnya pangkal permasalahn adalah Permendagri 59/2007. Yakni tentang pengucuran dana APBD kepada tim kontestan liga Indonesia. bukan sebuah rahasia, hampir 90% tim di Indonesia adalah “Tim Plat Merah”, tentunya adanya aturan tersebut membuat banyak setengah mati.

Dana APBD tidak boleh di berikan kepada tim peserta olahraga secara berturut-turut. Hal ini memicu polemik di antara peserta LIGA INDONESIA. Disini saya menyayangkan langkah PSSI. Dimana PSSI kurang tegas dalam mengambil tindakan. Kenapa? PSSI tidak mendukung program pemerintah tersebut,yakni dengan mengutarakan dana APBD bisa di berikan lewat pos yang berbeda (lewat KONI). Tapi hal tersebut hanyalah lisan saja. Jika memang PSSI ingin menyelamatkan tim liga Indonesia, sebaiknya PSSI membuat peraturan yang menyebutkan tim liga Indonesia boleh memakai danaAPBD dengan batasan tertentu. Di cantumkan dengan peraturan pemerintah atau apa yang bisa menjadi dasar hukum. Atau jika memang PSSI konsisten dengan program pemerintah, seharusnya PSSI mengharamkan dana APBDbagi setiap tim LIGA INDONESIA. Nah karena ketidak tegasan itu, kota SOLO menjadi korbannya. Persis solo tidak mendapat dana APBD dari pemkot.

Ketiadaan dana ini membuat tim harus kalah sebelum bertanding. Tim Persis Solo hendak mengundurkan diri, hanya saja hal tersebut di tentang oleh PASOEPATI yang sangat loyal terhadap tim kebanggan Wong Solo. Mungkin sebagian dari anda akan mengatakan, sudah seharusnya PERSIS mencari dana dari pihak sponsor. Tapi, mari kita berfikir lebih realistis. Sponsor hanya akan datang kepada tim yang telah mapan dan menjanjikan. Untuk membuat tim yang mapan dan menjanjikan syarat utama adalah pemain berkualitas.

Sangat disayangkan, 3 punggawa utama PERSIS SOLO hengkang ke klub sebelah rumah karena dana yang tidak jelas dan ketidakpastian mengikuti kompetisi. Dan lebih menyakitkan, tim yang di bela 3 punggawa PERSIS pra-musim tersebut kini menembus 8 besar dan mengais asa menuju ISL. Ya…Persis SOLO memang di bela pemain-pemain yang siap kerja bhakti dan berjuang tanpa pamrih. Praktis hanya ada NOVA ZAENAL yang memiliki pengalaman mumpuni. Pemain lain adalah pemain lokal yang siap meledak di saat yang tepat nantinya (semoga). Dengan kualitas seperti itu, Persis kesulitan berkompetisi.

Dilain sisi, hati anda akan mengatakan, sebaiknya PERSIS membina pemain usia dini. Statement seperti itu memang sangat bijak. Namun, apakah anda lupa? PERSIS hanyalah bagian dari Indonesia. dimana dana merupakan faktor minus tim ini. Indonesia saja yang dari dulu mencanangkan pembinaan usia muda belum meraih hasilnya. PERSIS bukanlah Barcelona ataupun ajax Amsterdam. Dimana anak-anak yang berbakat di sepak bola akan datang dan mau berlatih bersamanya. Anak-anak Indonesia yang berbakat pasti ingin bergabung dengan klub yang lebih menjanjikan kelangsungan hidupnya.

Masalah APBD tidak selesai sampai disitu. Sebenarnya pembenaran pemakaian dana APBD memang perlu dipertanyakan lagi, apalagi bagi tim yang tidak mendapat dukungan dari mayoritas warganya. Maksudnya? APBD adalah anggaran untuk rakyat. Sangat miris jika tim mendapat dana APBD tetapi stadion selalu kosong melompong. Bagaimana bisa dikatakan untuk hiburan warga jika warga dan masyarakat sekitar enggan untuk datang ke stadion. Hum...... sangat parah jika penonton hanya di bawah 5ribu tetapi anggaran ber Milyar-milyar di alokasikan untuk sepak bola. Itu untuk kepentingan siapa? Sangat diragukan jika untuk kepentingan masyarakat.

PSSI melalui BLI pernah melakukan kebijakan aneh dimana saat itu ada sekitar 18 tim yang istilahnya terdegradasi tak langsung. Ya... saat itu 9 tim terbaik divisi utama akan promo ke ISL. Sementara yang lain tetap jalan di tempat. Tetap berada di kasta divisi utama meski kastanya turun menjadi kasta kedua. ISL menjadi kompetisi tertinggi dengan kualifikasi tertentu dari BLI. Diantaranya sarana dan prasarana yang mendukung seperti stadon yang layak. Hingga beberapa tim harus hijrah kota demi mendapat lisensi home base partai kandangnya. Namun, memasuki tahun 2010, ada beberapa kejanggalan. Stadion yang dipakai Salah satu kontestan (dan beberapa tim) menurut saya jauh dari apa yang distandarkan BLI. Stadion hanya selevel dengan stadion mahasiswa. Ada apa BLI?

Paparan tersebut ada pada ISL. Bagaimana dengan kasta kedua divisi utama? Apakah BLI memperhatikan kelayakan dan kemanan dalam penyelenggaraan pertandingan? Khususnya keselamatan bermain bagi pemain dan kenyamana suporter? Terlalu banyak dibawah standar disini. Mungkin bagi semua kontestan grup 2 divisi utama akan serasa bermain di ISL saat bertandang ke SOLO. Dengan Stadion megahnya, berstandar internasional, dimana hujan sederas apapun, tak ada genangan air sedikitpun. Perfect! Tahukah anda? Pertandingn PERSIS SOLO VS PSIS semarang disaksikan 25 ribu pasang mata. Tanpa kericuhan dan bentrokan meski tim kebanggan wong solo remuk redam dan kedua suporter ada di tempat yang sama. Lalu bagaimana dengan pertandingan kandang Persis lainnya? Apakah di sesaki penonton? Praktis partai melawan Persikab Bandung,Deltras Sidoarjo disaksikan sekitar 20ribu penonton. Yang lain? Ada hal janggal bagi BLI dalam membuat jadwal. Mengngat Tim menggantungkan dana dari penjualan tiket, BLI seakan membuat jadwal semaunya sendiri. Pertandingan berlangung hari kerja. Senin, kamis dan terkadang Jum`at. Apa-apa an ini, kontan saja banyak warga yang tidak bisa datang ke stadion. Tim-tim eropa sangat profesional karena kompetisi berlangsung di weekend. Bahkan untuk midweek, itu untuk kasus istimewa. Misal, kompetisi internasional, atau partai lokal yang memang frekuensinya tidak sesering kompetisi weekend.

Divisi utama juga mengalami drama saat kemenangan terbesar PERSIS SOLO 4-1 atas Persikad harus di hapus karena tim besangkutan mengundurkan diri di tengah jalan. Haduwh.... ada apa? Mungkin Persikad menjadi korban keganasan APBD dan kurang tanggapnya penyelamat dana kompetisi. Memang, tidak ada yang bisa menyalahkan Persikad. Mundur karena memang kesulitan dana. Kompetisi di Indonesia di paksa profesional. Bagi saya, jika ingin melakukan perubahan besar lakukan dari diri sendiri dulu. Jika PSSI ingin merubah kontestan kompetisi domestiknya menjadi profesional, setidaknya PSSI lah yang harus pertama kali melakukan reformasi berubah menjadi profesional dan memberikan contoh manajegeria yang baik.

Saya bangga jadi wong SOLO, dimana SOLO peunya PASOEPATI yang sangat loyal terhadap tim meski dalam keadaan terpuruk sekalian. Salam damai, from solo with more love.....

Saya juga bangga jadi orang Indonesia, dimana lebih dari separuh rakyat Indonesia menginginkan PSSI berubah dan mampu membentuk kompetisi dan timnas yang di segani di Asia. Untuk 2-3 tahun mendatang, setidaknya Asia Tenggara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun