Mohon tunggu...
Dhaifullah GymnasstiarFarras
Dhaifullah GymnasstiarFarras Mohon Tunggu... Politisi - MAHASISWA

Meminati filsafat, sejarah, politik dan senyumanmu yang indah IG @daveiullahgf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Urgensi Literasi bagi Kesehatan Intelektual Bangsa

27 Oktober 2022   07:25 Diperbarui: 27 Oktober 2022   07:47 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sehingga, ketika kualitas SDM menurun maka akan berpengaruh pada aspek lainnya yaitu ekonomi, perkembangan tekhnologi. Ketidaksadaran akan penting literasi informasi. 

Sedangkan, data yang di irilis oleh "Program for International Student Assessment" (PISA) selama 20 tahun literasi pengetahuan di Indonesia tidak mengalami peningkatan secara signifikan. Kurangnya kepekaan terhadap literasi pengetahuan sehingga perkembangan pengetahuan tidak mengalami peningkatan, permasalahan literasi pengetahuna juga ada pada kebijakan yang selalu berubah dan tidak konsisten terhadap kurikulum pendidikan.

Literasi innformasi merupakan dasar dalam mennyangga kemamamppuan intelekktual, karena literasi informasi berkaitan erat dengan bagaiman kita mencari pengetahuan, menelaah dan menulis kembali pengetahuan tersebut. Literasi informasi dibbidang pengetahuan merupakan aspekk penting untuk meningkatkan wawasan dan daya berpikir. 

Literasi pengetahuan kunci majunya bangsa dalam segala aspek, dari segi tekhnologi, pendidikann dan ekonomi. Situasi yang terjadi pada saat ini, masyarakat indonesia lebih memilih utnuk berinteraksi di media sosial, menurut data 60 juta penduduk indoensia memelilki gadget, lembaga riset digital memperkirakan pada 2018 jumalah pengguna aktif smartphone di indonesia mencapai 100 juta hingga membuat indonesia, berada pada urutan ke 5 terbanyk dalam kepemilikan gadget. 

Masyarakat indonesia lebih banyak meluangkan waktunya di dunia digital dan media social. Wearesocial per Januari 2017 mengungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Masyarakat indonesia lebih banyak meluangkan waktunya untuk berkomentar di media sosial. Hal ini sebuah kebiasaan buruk yang dilakukan secara massal, kebiasaan menjadi salah satu penyebab kurangnya litearsi informasi dan pengatahuan. 

Masyarakat indonsia menjadi teralihkan kepada sesuatu yang lebih instan dan mobile, sehingg bisa berakibat dalam kontrol distribusi informasi. ketika distribusi informasi tidak bisa dikontrol dengan baik, dan penerima informasi tidak memiliki kemampuan literasi informasi dengan baik maka akan terjadi penyebaran berita hoax, berita hoax dapat di cegah dengan kemampuan literasi. 


Selain faktor tersebut ada faktor lain dari minimnya literasi informasi, yaitu media atau bahan bacaan untuk meningkatkan literasi kurang, media atau bacaan yang tersedia dan tersebar di Indonesia untuk menunjang kegiatan literasi kurang, seeperti buku yang tersebar di setiap perpustakaan daerah. 

Data dari perpustakaan nasional bidang pengembangan sumber daya perpustakaan RI jumlah pencapaian koleksi perpustakaan daerah dibandingkan dengan jumlah penduduk di indonesia rasionya adalah 1:90, artinya 1 buku di tunggu oleh 90 orang. Sedangkan menurut standar UNESCO adalah 1 orang membaca 3 buku setiap tahun. Data ini menunjukkan kurangnya persebaran media sebagai peunjangg literasi informasi dan pengetahuan.

Literasi sains ( pengetahuan ) juga mengalami masalah, yaitu kuangnya terhada kepedulian analisis di bidang sains, sehingga perkembangan pengetahuan di Indonesia tidak berjalan dengan lancar. Literasi sains berarah kepada bagaimana peserta masyarakat menggunakan pengetahuan mereka untuk menciptakan sebuah ide baru, konsep baru terhadap sebuah permasalahan secara ilmiah (Wulandari, N., & Sholihin, H., 2016). 

Jika hal tersebut tidak di kuasai maka akan berdampak serius pada sector pengetahuan (sains). Ada beberapa factor rendahnya literasi sains yang pertama yaitu pemilihan bahan ajar, di lingkup sekolah kita hanya disediakan beberapa sumber dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga keterbatasan refrensi ini membuat wawasan kita terpaku pada satu refrensi saja. 

Yang kedua yaitu ketidak pahaman, ketika siswa harus dipaksa untuk mengikuti kurikulum namun siswa belum paham tentang materi. Yang ketiga yaitu rendanya kemampuan membaca bagi siswa dan masyarakat Indonesia, membuat kemajuan sains di Negara Indonesia stagnan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun