Mohon tunggu...
Dhaifullah GymnasstiarFarras
Dhaifullah GymnasstiarFarras Mohon Tunggu... Politisi - MAHASISWA

Meminati filsafat, sejarah, politik dan senyumanmu yang indah IG @daveiullahgf

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Basa-Basi Cinta

11 Oktober 2022   13:57 Diperbarui: 11 Oktober 2022   22:17 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Cinta merupakan satu hal yang subjektif, sesuatu yang menyangkut tentang emosi baik rasa kasih sayang (afeksi). Cinta juga dapat di definisikan sebuah rasa yang berhirarki dengan perhatian, kasih sayang, empati dan tanggung jawab. 

Setiap orang memiliki definisi masing” tentang cinta, namun setiap orang juga memiliki ciri khas yang sama tentang cinta, yaitu resonansi positif dari perasaan. Semua orang sepakat bahwa disetiap insan memiliki energi yang berlandaskan kasih sayang, energi tersebut dinamakan cinta. 

Tentang cinta memang sangat multi presepsi, menurut Rocky Gerung cinta merupakan energi paling purba dan lebih panjang dari nafas. Cinta menjadi energi yang paling purba karena semua perkembangan dan kemajuan pada saat ini ada dan terus berlanjut karena cinta.  

Cinta tidak terbatas ruang dan waktu, dan mencintai merupakan kebebasan bagi setiap manusia. Cinta merupakan suatu energi yang memiliki otonmi sendiri disetiap orang, kita tidak dapat mengontrol hal tersebut. 

Hakikatnya kita sebenarnya tidak pernah jatuh cinta, karena cinta yang jatuh kepada kita. Bukan kita yang menjatuhkan, tetapi kita menunggu cinta itu jatuh. Ketidakmampuan kita dalam mengontrol rasa, sehingga bukan kita yang menghampiri dan membuktikan eksistensi cinta, tetapi cinta yang menghampiri kita dan membuktikan eksistensi kita. Bukan kita yang mendefinisikan cinta, tetapi cinta yang mendefinisikan kita. 

Kata Jalaludin Rumi dalam menguraikan cinta "akal terbanting tidak berdaya". Logika sulit terkendali ketika kita harus berhadapan dengan dunia rasa, biarkanlah kita tenggelam dalam cinta dengan logika tetap di permukaan, Karena percuma ketika kita harus menyelaminya dengan akal dan logika, karena logika tidak akan pernah sampai  pada hakikat cinta.

Sejatinya, bukan kita yang menjadikan cinta itu ada, tapi cinta yang menjadikan kita ada. Cinta adalah resonansi rasa paling dasar, dan secara hirarki cinta berada pada puncak tertinggi rasa. Rasa cinta beda dengan rasa suka, ada perbedaan mendasar tentang cinta dan rasa suka, orang umum menganalogikan dengan bunga. 

Ketika kita suka pada sebuah bunga maka kita hanya berfokus pada sebuah tujuan untuk memiliki nya ataupun memetiknya, tetapi ketika kita mencintai bunga tersebut kita akan menyiraminya dan merawatnya. 

Karena ketika kita mencintai maka ikhlas adalah sebuah kondisi yang akan muncul setelahnya. Pada dasarnya cinta tidak pernah hilang, walaupun objek yang dicintai telah usang. Cinta akan terus ada pada pos pos rasa di hati, dia akan tetap ada meskipun kita telah mengkonversikan kepada ke ikhlasan ataupun kerelaan.

Konsep cinta menurut filsuf timur Swami Vivikananda tentang trilogi cinta atau segitiga cinta bahwa cinta memiliki 3 ciri. Pertama yaitu cinta tidak tawar menawar, cinta tidak bisa di tawar tentang kuantitas atau kadar rasa yang tersimpan. 

Kita juga tidak bisa melalbelkan sesuatu yang kita cintai, seperti jika kita mencintai seseorang dengan sebuah alasan yang berkaitan dengan materi ataupun fisik, ketika kita berangkat dengan sesuatu yang di labelkan atau di patok maka kita dalam kondisi tidak mencintai sesuatu tersebut. Kita tidak bisa menolak untuk mempersentasekan mencintai sesuatu dengan kadar rasio logika kita. 

Cinta datang tanpa alasan dan tidak bisa kita atur.  Yang kedua Cinta tidak kenal rasa takut, ketika kita mencintai maka rasa cinta itu akan melampaui rasa takut kita terhadap sesuatu, seperti seorang ibu yang rela mati dan berkorban untuk anaknya. Karena selain tekad dalam menaklukan rasa takut, yaitu dengan memiliki rasa cinta. 

Yang ketiga yaitu cinta tidak mengenal persaingan bahwa cinta tidak bisa di halangi dengan kepemilikan ataupun kepunyaan. Kembali lagi bahwa cinta itu kata sifat dan mencintai kata kerja, sifat adalah sesuatu yang melekat pada manusia dan kata kerja adalah sebuah kehendak. Sehingga, mencintai merupakn kebebasan dalam mengaplikasikan sifat, tidak ada halangan dalam persaingan. 

Secara universal cinta tidak akan datang sebelum sesuatu itu menjadi tujuan yang terbaik dan ideal menurutmu.  Cinta merupakan tujuan tersempurna dalam mengarungi alur kehidupan, ketika kita menerima cinta itu jatuh  maka kita akan menemukan bahwa yang sempurna dan ideal telah terdefiniskan dan ikhlas akan menjadi pembelajaran serta penerimaan terbaik dalam membuka keteguhan hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun