Mohon tunggu...
Deyaha Afif
Deyaha Afif Mohon Tunggu... Guru - S1 Universitas Padjadjaran, S2 Linguistik Universitas Pendidikan Indonesia

bahasa, sastra dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Mengenal Lebih Dekat Kedudukan Wanita pada Novel Baruang Kanu Ngarora

7 Maret 2022   07:00 Diperbarui: 7 Maret 2022   07:07 9729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hay pembaca semua, tahukah teman-teman semua dengan sebuah novel Sunda pertama yang diterbitkan oleh seorang Sastrawan yang namanya masih dikenal hingga saat ini meskipun novel ini sudah terbit sejak tahun 1914?. 

Ya, benar apalagi kalo bukan novel berjudul "Baruang Kanu Ngarora" karya D.K Ardiwinata. Seperti yang telah banyak diketahui publik, bahwasannya novel tersebut merupakan novel yang ditulis oleh Daeng Kanduruan Ardiwinata, beliau adalah salah satu tokoh sastrawan Sunda, tokoh nasionalis, agamis dan seorang penggiat dalam bidang bahasa. 

Beliau juga pernah menjadi redaktur balai pustaka pada masa itu. D.K Ardiwinata sendiri merupakan keturunan Makassar dari ayahnya, kendati demikian beliau sangat mencintai sastra Sunda. 

Berbekal dari kecintaannya tersebut terhadap Sastra Sunda akhirnya beliau juga dikenal sebagai pengarang roman pertama yang menggunakan bahasa Sunda, yakni novel Sundanya yang terkenal hingga saat ini dengan judul Baruang Kanu Ngarora.

Nah, dalam pembahasan kali ini kita akan mengenal lebih dekat mengenai bagaimana kedudukan tokoh utama wanita pada novel Baruang Kanu Ngarora ditengah-tengah masa abad ke-19. 

Meskipun novel ini sudah terbit sejak 1914, namun masih banyak dicari oleh masyarakat terutama para akademisi yang menggunakan novel tersebut sebagai bahan penelitian. Saat ini sudah banyak berkembang novel-novel yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa utama. Kendati demikian, Baruang Kanu Ngarora tidak akan tergantikan sebab novel tersebut merupakan novel Sunda pertama yang menjadi pelopor terciptanya novel Sunda lainnya hingga kini. 

Selain itu, novel ini merupakan novel klasik yang isi cerita dari novelnya masih bernuansa masa kolonial. Hal ini dapat dilihat dari latar suasana maupun sistem sosial yang diceritakan, dimana pada masa itu masyarakat masih mengenal sistem kasta. Pada novel ini terlihat adanya sekat dari setiap masyarakat sesuai dengan golongannya, ada yang disebut golongan ménak, kaum kolonial dan pribumi.

Perlu diketahui juga pada Baruang Kanu Ngarora beberapa tokoh penting yang muncul, yakni adanya tokoh Nyi Rapiah sebagai tokoh utama wanita, kemudian ada tokoh Aom Usman serta Ujang Kusen sebagai tokoh utama laki-laki. 

Dalam novel tersebut digambarkan nuansa masyarakat yang feodal yakni dimana sistem kekuasaan dikuasai oleh bangsawan (ménak). Dengan tujuan untuk mengendalikan wilayah yang bekerjasama dengan mereka, serta nuansa kolonial yang menggambarkan latar kehidupan masyarakat Sunda pada abad ke-19.

Dalam novel ini dijelaskan pula bahwa keadaan yang di alami Nyi Rapiah dengan Ujang Kusen merupakan korban dari adanya sistem feodal dan kolonial. Bagaimana Nyi Rapiah mengalami banyak kesulitan karena harus berpisah dengan kekasihnya Ujang Kusen hingga harus menikahi Aom Usman dan dipoligami. 

Hal sulit lainnya harus dialami karena Nyi Rapiah adalah golongan pribumi, ada penyesalan yang dirasakan Nyi Rapiah karena mengambil keputusan yang salah yakni menikah dengan Aom Usman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun