Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Anomali Siaran Televisi di Tengah Pandemi

1 Desember 2020   20:54 Diperbarui: 4 Desember 2020   03:45 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tayangan di televisi. (sumber: pixabay.com/mohamed_hassan)

Bulan kemarin, kasus korona sempat menyentuh angka tertinggi. Enam ribuan pula. Sebenarnya, kita ini memang tak (mau) berubah, ya.

Ingin cepat-cepat berakhir, eh malah bertepuk sebelah tangan. Sebenarnya, salah kita sendiri, mengapa nekat membuat kerumunan di saat-saat seperti ini. Termasuk, kepulangan Habib Rizieq Shihab yang langsung memantik api dalam jiwa-jiwa umat yang merindukannya.

Bukannya jaga jarak, malah menerjang batas dengan berkumpul dempet-dempetan, saking kangennya pada beliau setelah tertahan lama di negeri Saudi. Belum lagi kegiatan-kegiatan yang lainnya, seperti hajatan pernikahan yang kurasa, jadi momen penting yang pantang dilewatan---tapi apa gak bisa ditunda dulu?

Walaupun siang-malam petugas Satgas COVID-19 mengingatkan para warga untuk taat protokol kesehatan, rasanya bakal "patah" jika melihat kenyataan. Di siaran televisi, lebih tepatnya. 

Memang, stasiun-stasiun televisi juga mengkampanyekan pencegahan dari virus korona. Dari mulai cuci tangan pakai sabun, mengenakan masker, dan jaga jarak. Tapi, bagaimana dengan implementasinya? Sungguh jauh dari sempurna, bahkan boleh jadi, itu anomali.

Okelah, untuk acara berita, presenter-nya pakai face shield. Jaga jarak--dalam artian tidak dempet-dempetan juga dilakukan. Itu sudah bagus. Dalam acara talk show yang disiarkan lewat studio, juga diselipkan informasi tentang protokol yang harus dipatuhi. 

Namun, untuk acara reality show yang syutingnya di lapangan, waduuuuh ini susah banget. Masalahnya gini, warga enggan untuk pakai masker, terus jaga jarak walaupun menonton target yang di-syuting. Susah emang.

Duuh, kalau begini, memang apa yang disuguhkan tentang dunia nyata di siaran televisi, itu sama saja dengan dunia nyata yang kita jalani selama ini.

Harus diakui, kita ini memang abai. Sejak Pemerintah memutuskan untuk hidup dengan kelaziman baru--padahal saat itu pasien positif sedang meninggi-- bisa jadi senjata makan tuan kalau aturan sesuai protokol tidak diindahkan.

Lagian, banyak kok yang menjalani hidup apa adanya, seperti biasanya. Percaya COVID? Ternyata banyak yang enggak. 

Sama dengan situasi dunia nyata yang sudah terekam pada stasiun televisi. Ada yang memakai masker, ada pula yang tidak--malah berkerumun ke sana kemari. Tak sadarkah apa yang mereka lakukan akan berpengaruh?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun