Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Masih Layakkah Uang Rp 1000 dalam Kertas?

1 Oktober 2020   20:11 Diperbarui: 2 Oktober 2020   05:50 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: AnekaNews.net

Setiap kalian belanja ke warung maupun supermarket, setiap ada kembalian Rp 1000, hampir selalu diterima dalam bentuk koin, ya kan? Ngaku!

Memang iya, kalau uang 1000 rupiah, kasir atau pemilik toko sudah refleks meraih uang logam. Kalau satu koin 1000, ya dua koin 500. Sebaliknya, uang kertas 1000 tak selalu ada, malah jadi barang langka yang disejajarkan dengan uang lama nan kadaluarsa.

Karena itu, yang muncul di pikiranku adalah: "Sudah tahu uang 1000 itu uang kecil, apa masih pantas dalam bentuk kertas?"

Bisa jadi uang kertas terkini bergambar depan Tjut Meutia adalah yang terakhir, tapi ya mudah-mudahan enggak. 

Namun, lihatlah, dari waktu ke waktu, Rp 1000 itu perlahan jadi pecahan yang tiada arti dan hanya bisa dijadikan sebagai kembalian, atau berakhir di kotak amal.

Buktinya, transaksi terkecil sudah di atas Rp 1000, ditambah lagi barang-barang yang dijual dengan harga seribuan itu tinggal sedikit. jajanan di warung saja udah ada yang harganya 1500 sampai 2000 rupiah, lho!

Namun, sebetulnya tak perlu risau karena, toh Rp 1000 juga tersedia dalam bentuk logam. Maka, jadilah 1000 rupiah adalah satu-satunya pecahan yang memiliki dua versi. Ya seperti dalam dolar Amerika, di mana pecahan 1 dolar tersedia dalam bentuk kertas dan koin.

Iya sih, tapi, di masa depan kalau uang Rp 1000 akan menyusul pecahan Rp 100 dan Rp 500 untuk menyatakan "selamat tinggal uang kertas" dan beralih ke koin, bisa saja.

Kalau kalian tarik mundur ke era 90-an, uang kertas Rp 100 dan Rp 500 itu masih layak, kok. Mau beli apa-apa, bisa. Walaupun pada waktu yang bersamaan muncul uang logam dengan pecahan yang sama, ya, tetap, nilainya lebih tinggi!

Karena semesta Indonesia mendukung 100 dan 500 rupiah tetap dihargai. Beli keju berukuran kecil yang harganya Rp 600, mie instan 250 rupiah, susu bubuk berukuran kecil Rp 1500, itu semua jika dibandingkan dengan ukuran sekarang, justru harga itu lebih murah, malah!

Mungkin, nilai rupiah yang jatuh, ditambah inflasi, terus tingkat pendapatan rumah tangga yang semakin meningkat dan mengantarkan pada gerbang kesejahteraan, itulah yang membuat harga barang tentu ada kosenkuensinya. Ikut naik!

Ternyata Rp 1000 Kertas Tetap Ada, Meskipun Rp 2000 Bersiap-siap untuk Menggantikannya

Pasti kalian ingat kan, peluncuran nominal baru uang kertas, Rp 2000? Waktu itu saat diriku duduk di bangku SMP, pasti jadi hidangan menarik dalam pembicaraan, sampai-sampai uang kertas itu beneran ada.

Rupa-rupanya, ada alasannya. Rp 2000 akan jadi kandidat yang akan menggantikan uang Rp 1000 sebagai nominal terkecil. Bahkan, Bank Indonesia bilang, Rp 1000 hanya akan dicetak dalam bentuk koin, karena ya tahu sendiri, kalau kertas, kalau dijadikan kembalian terus-terusan, pasti gampang kumal.

Itu berarti, 1000 rupiah kertas akan say goodbye?

Hampir jadi kenyataan. Soalnya, dalam rencana mendesain uang NKRI sebagaimana yang diberitakan pertengahan 2016 lalu, akan ada perombakan pada uang pecahan mulai Rp 2000 sampai Rp 50 ribu. Kalau 100 ribu rupiah, sepertinya udah, ya.

Tapi, fakta berkata lain. 19 Desember 2016 lalu, pecahan Rp 1000 kertas tetap saja ada di dalam "kelompok emisi 2016". Uang 100 ribu rupiah, juga. Pokoknya semua hadir dari desain baru dari uang pecahan terkecil hingga terbesar, baik kertas maupun logam.

Sumber gambar: AnekaNews.net
Sumber gambar: AnekaNews.net

Oh ya, bukankah uang kertas 1000 rupiah adalah pecahan tertua saat ini? Uang kertas 100 dan 500 rupiah telah "berpamitan" dan tak tersedia lagi.

Menurutku, justru uang kertas 1000 rupiah memberi ruang untuk menampilkan desain dari seluruh pecahan uang kertas yang berjumlah tujuh itu (terutama di bagian belakang uang), dari Sabang sampai Merauke, bahkan dalam lingkup nasional.

Hmmm, kalau masalah uang gampang lecek terlebih dalam pecahan kecil yang kebanyakan sekadar buat kembalian, sebetulnya ada jalan keluarnya!

Apa itu?

Dalam Undang-undang no 7 tahun 2011 tentang Mata Uang, pasal 9 ayat 2, disebutkan bahwa bahan baku uang kertas maupun logam mengutamakan produk dalam negeri.

Tuh kan, sebenarnya kita bisa memanfaatkan apa yang terdapat di bumi Indonesia dan meraciknya, demi mendapatkan kertas uang yang lebih baik. Habisnya, banyak orang mengeluh, uang kertas kita kualitasnya tak sekuat dulu.

Daripada pakai kertas yang diadakan dari serat kapas---yang ujung-ujungnya, ngimpor dari luar sana, mengapa tak memaksimalkan pohon pisang Abaka yang melimpah di pulau-pulau terdepan, Talaud?

Secara, kualitas kertas yang dihasilkan dari tanaman bernama ilmiah Musa textilis, lebih terdepan dibanding serat kapas. Tak heran, Dollar Amerika sampai mempercayakan tanaman ini, yakan?

Tapi, itu belumlah cukup. Karena masih ada pe-er-nya menyangkut sumber daya manusia. Butuh yang namanya ahli bikin watermark, benang pengaman dan sebagainya, biar uangnya semakin kuat dan tak gampang goyah dihantam pemalsuan? Dan itu hanya bisa diperoleh lewat pendidikan yang memadai, tentunya!

Nah, mumpung waktu edarnya tak terlalu lama, nih. Mending rencanakan dari sekarang. Jangan hanya berkutat di desain, bahan kertasnya kudu ganti ke bahan lokal dan harus diproduksi di dalam negeri itu juga!

Filipina aja pede uang Peso-nya dari bahan yang dihasilkan dari negerinya sendiri, masa' Indonesia enggak?

Ya, semoga saja uang 1000 rupiah kertas tidak jadi pergi di masa depan, sampai redenominasi tiba.

Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun