Hmmm, percaya atau gak, wabah penyakit global bisa juga menandai masa di manakah kalian berada.
Ya, setidaknya, setelah kupikir lebih dalam lagi tentang pagebluk dan masa-masa hidupku.
Nah, ketika penyakit virus Korona (COVID-19) sedang merebak di Tiongkok, usiaku telah mencapai 25 tahun. Waah, udah masuk usia dewasa, ya! Tapi, gak berhenti di situ, karena saya kembali berbalik, mengarahkan pikiran untuk ke belakang.
Yakni, wabah SARS yang kualami saat masih anak-anak, baru duduk di bangku SD. Begitu pula dengan pandemi flu babi alias virus H1N1 yang mengisi masa-masa remajaku.
Ups, tunggu dulu! Ini berlaku bagi kalian yang kelahiran 90-an, ya. Jadi, setiap orang, pasti punya penanda masa kalian dengan wabah yang terjadi saat itu.
Oh, ya. Lagipula, akhir-akhir ini Pak Presiden kita sudah menyerukan kepada kita, berdamailah dan hidup berdampingan dengan COVID karena WHO sudah menyatakan, virus yang dulunya disebut 2019-nCoV tidak akan beranjak pergi layaknya burung lepas landas. Iya, kan?
Dan, sebelum itu, saya pun berpikir, bahwa sebagai penanda, hidupku harus lebih baik. Diriku ingin, menjadi lebih dewasa bersama pandemi Korona!
Kok bisa? Iya, terlebih setelah saya menemukan kenyataan, bahwa virus SARS-CoV-2 ini, memang lebih baik dibanding SARS-CoV. Sudah virusnya cerdas, daya tularnya 20 kali lebih kuat, lagi!
Terlepas dari bahayanya, melihat evolusi virus SARS-CoV-2 ini, saya pun merenung, virus yang sangat kecil saja bisa berkembang menjadi lebih canggih, masa' manusia enggak berpacu menjadi lebih matang?
Makanya, diriku tak ingin bersikap kekanak-kanakan layaknya masa merebaknya virus SARS dahulu. Merepotkan! Lebih baik, belajarlah untuk bersikap sesuai usiaku yang bertambah dewasa, bukan?
Hmmh, kalau dipikir-pikir lagi, pas awal-awal Coronavirus disease 2019Â masuk ke tanah air kita, nih. Begitu kasus pertama dan kedua diumumkan, langsung panik, borong belanjaan yang banyak banget. Berlebihan. Bukankah itu menandakan mereka belum mencapai kedewasaan?