Padahal iklan adalah "bahan bakar" bagi stasiun TV untuk tetap kuat dan bertenaga, sehingga tetap bisa bertahan. Dan itu, mungkin yang mendorong stasiun-stasiun TV untuk bikin acara yang boombastis, gak peduli baik atau buruk, pokoknya demi rating yang menarik para pengiklan untuk memasang pariwara di sela-sela acara TV-nya!
Dan ternyata, para pemasang iklan malah beralih ke media online yang sudah pasti, lebih murah! Buktinya, waktu buka Youtube, yang muncul duluan, malah iklan. Ini adalah dampak yang jelas, dari meningkatnya jumlah penonton di Youtube, yang selangkah lagi, bisa menyalip jumlah pemirsa stasiun TV jika tidak kunjung berubah!
Waduh, kenapa bisa terjadi, ya?
Nah, pasti ada biang keroknya. Rencana untuk berkemas-kemas siaran menuju TV digital, jadi berantakan karena kinerja buruk DPR periode sebelumnya.
Bayangkan, dari 189 RUU yang ditargetkan, baru 91 UU yang disahkan. Sisanya? Ya diterlantarkan, termasuk revisi UU Penyiaran yang harusnya jadi prioritas utama mengingat perkembangan teknologi yang semakin dahsyat!
***
Hmmm, pantas saja, Ibu Pertiwi sampai bersedih melihat anak-anaknya tidak lagi menonton televisi yang kini jadi pajangan di almari, malah asyik menonton lewat smartphone!
Bahkan sambil berkata dengan nada menyesal: "Andaikan, putra-putriku sudah memindahkan siarannya di TV digital, tentu keadaannya tidak seperti ini!"
Sebuah penyesalan, atas perkembangan dunia pertelevisian di negeri ini yang sudah sangat TERLAMBAT!
Demikian penjelasannya, salam Kompasiana!