Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Mempersiapkan Asian Games Hanya 4 Tahun? Bisa Kok!

15 Agustus 2018   20:40 Diperbarui: 15 Agustus 2018   22:16 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taman Impian Jaya Ancol yang di dalamnya ada venue Jetski. Sumber @dewiwiddie

Akhirnya, OCA menunjuk kota Jakarta (yang pernah jadi tuan rumah AG 1962) dan kota Palembang. Ya, penunjukkan ini jadi terbawa memori SEA Games 2011 yang bertuan rumah dua kota yang sama, deh. Hanya saja, kali ini Jakarta bertindak sebagai main host, sebagai Palembang sebagai kota tuan rumah pendukung. Dengan kata lain, kita menorehkan sejarah sebagai negara yang menyelenggarakan Asian Games di dua kota!

Karena apa? Alasannya jelas, agar mengurangi beban persiapan yang hanya dilakukan empat tahun. Mereka mengatakan bahwa Indonesia, terutama Jakarta ditunjuk karena memiliki fasilitas olahraga yang lengkap.

Walaupun hanya diberi waktu empat tahun dan harus dikebut, bukan berarti Indonesia lengah begitu saja. Setiap saat OCA pasti akan mengawasi persiapannya dalam hal apa pun agar tidak keluar dari standar mereka. Jika tidak, bisa-bisa kita dinilai tak layak menggelar perhelatan sekaliber Asian Games!

Terus, bagaimana caranya ya?

***

Sumber gambar: http://www.globalindonesianvoices.com
Sumber gambar: http://www.globalindonesianvoices.com
Saya jadi teringat, apa yang dikatakan Gubernur DKI waktu itu, Basuki Tjahaja Purnama setelah kota Jakarta ditunjuk menjadi tuan rumah Asian Games: "Kita justru pakai event ini untuk memperbaiki GBK!". Kalau dipikir-pikir, cukup masuk akal juga, ya.

Kenapa?

Sejak awal pembangunan, kompleks Gelora Bung Karno tak pernah disentuh perbaikan sampai tiba waktunya dipugar besar-besaran. Lalu, ada beberapa venue olahraga  yang tidak memenuhi standar sehingga saat sempat diwacanakan untuk menggelar Islamic Solidarity Games (ISG) 2013 di Jakarta akhirnya batal.

Terus, kondisi bangunan yang sudah tua, ditambah lagi adanya kebocoran saat pertandingan Indonesia Open tahun 2016 di Istora inilah yang mendesak kompleks GBK untuk segera direnovasi!

Karena itulah, tahun 2016 pihak kementerian PUPR bergerak cepat untuk merenovasi dan membangun venue di kompleks GBK. Dari 15 venue yang dibangun dan dipugar seperti, enam di antaranya merupakan cagar budaya sehingga proses renovasi, walaupun harus mengikuti standar internasional, harus dilakukan dengan hati-hati, ya 'kan?

Misalnya saja, stadion akuatik GBK. Awalnya venue-nya terbuka, tapi sesuai permintaan OCA, desain akan dilakukan semi tertutup sehingga harus ada atap yang didesain bergelombang. Kolam renang utamanya mau tidak mau harus dibongkar dan ditambah jalur yang tadinya 8 line menjadi 10 line dan kedalaman ditambah menjadi 3 meter sesuai standar federasi renang dunia (FINA). Namun, karena menyangkut cagar budaya, strukturnya tetap tidak akan berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun