Begini. Menurut apa yang pernah saya baca, sebenarnya pada dasarnya, hukum asal makanan adalah boleh, kecuali ada unsur yang mengharamkannya. Jadi, kalau memang makanan tersebut tidak terdapat label halal, lihat komposisinya. Jika tidak ada sesuatu yang diharamkan, insyaAllah aman, kok.
Akan tetapi, kalau ada dua produk sama, yang salah satunya dilabel HALAL, tentu saya akan memilih produk yang kedua. Mengapa?
Lagi-lagi, ini soal Kepercayaan!
Ibaratnya begini. Kalau kita menggunakan media sosial, kita akan dihadapkan oleh akun-akun yang bernama sama. Nah, akun yang Terverifikasi itulah yang berhak kita ikuti lalu mempercayai beritanya, karena akun tersebut adalah resmi, yang tentunya milik yang bersangkutan.
Sama kalau produk tersebut telah dilabel HALAL, berarti produk tersebut telah terverifikasi, dan dijamin aman. Jadinya, para konsumen dari seluruh umat---termasuk umat Muslim tak perlu kuatir lagi soal status kehalalannya, dan mudah-mudahan menjadi berkah tersendiri.
Terlebih lagi kalau makanan tersebut adalah produk impor dari luar negeri. Pastinya, riskan kalau tidak berhati-hati. Karena, produk tersebut diproduksi oleh negara-negara non muslim yang tidak peduli soal halal dan haram, yang dikhawatirkan kalau diproduksi di satu pabrik, akan tercampur kedua unsur tersebut.
Belum lagi kalau ada makanan tertentu seperti cokelat dan keju, yang dalam pembuatannya menggunakan bahan tambahan (minyak dan renet) dari unsur babi. Kalau sampai dikonsumsi kalangan muslim, waaah bisa bahaya!
Jadi, penting enggak, memilih produk impor berlabel halal? Jawabannyaaa... (pakai capslock jebol), PENTING BANGET!
Saya pun juga begitu. Memilih makanan yang halal sekaligus thayyib, adalah sebuah tuntutan tersendiri sebagai seorang muslim dan juga bagian dari umat Islam. Saking pentingnya bagi umat (dan untuk semua kalangan), pemerintah Indonesia pun ikut turun tangan untuk menjamin produk yang dikonsumsi adalah halal.
Salah satunya, membuat kebijakan yang mengharuskan setiap produk impor yang masuk ke Indonesia harus disertifikasi HALAL sesuai Undang-undang tentang Jaminan Produk Halal (JPH), untuk menghindari  kasus yang menghebohkan masyarakat seperti cokelat C*dbury dan Mie S*myang yang mengandung babi.
Produk Halal yang Penuh Kebaikan Bagiku dan Seluruh Umat
