Mohon tunggu...
Dewi Sekarsari
Dewi Sekarsari Mohon Tunggu... Universitas Singaperbangsa Karawang

to be a star, you must burn

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Menimbang Ulang Pariwisata Berkelanjutan: Pandangan Kritis terhadap Dampaknya terhadap Ekosistem Lokal dan Ekonomi Masyarakat

21 Februari 2025   15:13 Diperbarui: 21 Februari 2025   15:13 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pariwisata berkelanjutan telah menjadi topik hangat dalam beberapa dekade terakhir, seiring dengan semakin tingginya kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Dalam idealnya, pariwisata berkelanjutan diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan. Namun, dalam praktiknya, ada banyak tantangan yang muncul ketika sektor ini berkembang pesat. Meskipun pariwisata dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah terpencil dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat, seringkali keberlanjutan tersebut hanya menjadi pencitraan belaka, dengan dampak lingkungan yang tidak terkontrol dan kesenjangan sosial yang makin lebar.

Salah satu klaim utama dari pariwisata berkelanjutan adalah kemampuannya untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti kerusakan ekosistem dan polusi. Namun, dalam banyak kasus, fenomena pariwisata massal tetap berpotensi merusak alam, meskipun menggunakan label "berkelanjutan". Contohnya adalah meningkatnya jumlah wisatawan yang mengunjungi tempat-tempat alami yang sebelumnya terisolasi, seperti taman nasional atau kawasan ekosistem yang sensitif. Meskipun upaya konservasi dilakukan dengan tujuan melindungi kawasan ini, peningkatan kunjungan yang drastis seringkali menyebabkan kerusakan habitat dan menurunkan kualitas lingkungan.

Selain kerusakan ekologis, pariwisata sering menimbulkan perubahan dalam pola hidup masyarakat lokal. Dalam beberapa kasus, pariwisata berkelanjutan telah membawa peningkatan pendapatan bagi masyarakat setempat, tetapi hal ini seringkali tidak merata. Banyak masyarakat yang terpinggirkan atau tidak mendapatkan manfaat langsung dari pertumbuhan sektor pariwisata. Pengusaha besar dan perusahaan hotel seringkali lebih mendapatkan keuntungan dibandingkan dengan penduduk lokal yang tidak memiliki akses ke sektor-sektor pendukung pariwisata, seperti akomodasi atau transportasi. Hal ini mengarah pada ketimpangan ekonomi dan menciptakan ketergantungan pada industri yang rentan terhadap fluktuasi pasar global.

Penting untuk dicatat bahwa tujuan utama dari pariwisata berkelanjutan adalah untuk memberdayakan masyarakat lokal dan memberikan kesempatan ekonomi yang adil. Meskipun demikian, banyak program yang dijalankan dalam kerangka pariwisata berkelanjutan cenderung mengutamakan aspek ekonomi jangka pendek daripada kesejahteraan jangka panjang. Di banyak negara berkembang, pariwisata sering kali dipromosikan sebagai "solusi cepat" untuk masalah kemiskinan, tanpa memperhitungkan dampak sosial jangka panjang yang dapat ditimbulkan. Dengan meningkatkan ketergantungan pada satu sektor, masyarakat bisa menjadi rentan ketika sektor tersebut mengalami penurunan, seperti saat terjadi krisis ekonomi global atau pandemi.

Selain dampak sosial, pengelolaan sumber daya alam menjadi isu dalam pariwisata berkelanjutan. Banyak destinasi yang mempromosikan keberlanjutan dengan mengandalkan daya tarik alam, namun pengelolaan yang buruk atau kurangnya peraturan dapat memperburuk keadaan. Penebangan hutan untuk membangun fasilitas pariwisata atau pembangunan infrastruktur yang tidak ramah lingkungan sering kali terjadi di daerah-daerah yang dianggap sebagai tempat wisata utama. Bahkan, upaya untuk menarik wisatawan dengan kegiatan seperti olahraga air atau pendakian gunung yang massif dapat merusak ekosistem lokal dan mengganggu keseimbangan alam yang sudah rapuh.

Di sisi lain, pariwisata berkelanjutan dapat mendorong kesadaran tentang pentingnya konservasi alam jika dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Misalnya, destinasi wisata yang mendukung ekowisata dapat memberikan edukasi tentang pentingnya pelestarian lingkungan kepada pengunjung. Dengan memberikan pengalaman langsung kepada wisatawan tentang dampak kerusakan lingkungan, sektor pariwisata dapat berperan dalam menyebarkan pesan penting tentang keberlanjutan. Wisatawan yang lebih sadar akan isu-isu ekologis mungkin lebih memilih untuk berinvestasi dalam kegiatan yang lebih ramah lingkungan, seperti menginap di akomodasi yang menggunakan energi terbarukan atau berpartisipasi dalam program daur ulang.

Namun, untuk memastikan bahwa pariwisata berkelanjutan benar-benar memberikan manfaat bagi ekosistem dan masyarakat lokal, peran pemerintah dan kebijakan yang mendukung sangat diperlukan. Regulasi yang ketat harus diterapkan untuk memastikan bahwa fasilitas pariwisata tidak merusak alam dan bahwa keuntungan yang dihasilkan dari sektor ini disalurkan dengan adil kepada masyarakat setempat. Pembangunan pariwisata yang tidak mempertimbangkan keberlanjutan akan mengarah pada eksploitasi sumber daya alam dan sosial yang tidak terkendali.

Salah satu pendekatan yang patut dipertimbangkan adalah pariwisata berbasis komunitas, di mana masyarakat lokal menjadi bagian dari pengelolaan dan pengambilan keputusan dalam sektor pariwisata. Dengan melibatkan mereka secara langsung, pariwisata bisa lebih berfokus pada keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat, serta memastikan bahwa keuntungan ekonomi disalurkan secara adil.

Pariwisata berkelanjutan dapat memberikan dampak positif bagi ekosistem dan masyarakat lokal jika dikelola dengan bijak. Namun, tanpa regulasi yang tepat, pengelolaan yang efektif, dan keterlibatan masyarakat, pariwisata berkelanjutan dapat dengan mudah menjadi bentuk eksploitasi yang merugikan.

Apakah kita dapat menciptakan sistem pariwisata yang benar-benar berkelanjutan, ataukah sektor ini akan terus menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan antara keuntungan ekonomi dan perlindungan terhadap alam dan budaya lokal?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun