Mohon tunggu...
DEWI RINAWATI
DEWI RINAWATI Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Human Security: Studi Kasus Banjir di Bangladesh dan Respon Internasional

26 April 2025   17:05 Diperbarui: 26 April 2025   17:03 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perubahan Iklim menjadi permasalahan yang sangat mendesak di dunia internasional. Perubahan Iklim merupakan perubahan pada pola cuaca dan suhu secara signifikan dan dalam jangka waktu yang panjang. Perubahan iklim ini berdampak pada kenaikan suhu global, perubahan pola curah hujan, kenaikan permukaan air laut, dan gangguan pada ekosistem serta keanekaragaman hayati. Dampak dari perubahan iklim ini tidak mengenal batas negara, dampak-dampak tersebut dapat menyebabkan berbagai bencana alam, termasuk banjir. Bangladesh merupakan salah satu negara di kawasan Asia Selatan yang paling rentan terhadap bencana banjir.

Bangladesh merupakan sebuah negara yang terletak di delta besar yang dibentuk oleh pertemuan tiga sungai utama, yaitu Sungai Gangga (Padma), Brahmaputra (Jamuna), dan Meghna. Sebagian besar wilayah Bangladesh berada di bawah 12 meter dari permukaan laut, dan sekitar 20% daratan diperkirakan akan tenggelam jika terjadi kenaikan permukaan laut sebesar satu meter (Kompasiana, 2022). Bangladesh memiliki lebih dari 130 sungai yang sering mengalami perubahan aliran. Selama musim hujan dari Juni hingga Oktober, curah hujan yang tinggi menyebabkan sungai-sungai meluap. Kombinasi antara perubahan iklim dan kondisi geografis Bangladesh menjadikan negara ini sangat rentan terhadap bencana alam, seperti banjir. Sejak 1954, Bangladesh tercatat telah mengalami banjir besar sebanyak 17 kali dalam 60 tahun terakhir (Rumana, Ahmed, Mostafa 2018), banjir yang sering terjadi ini tentu berdampak pada keamanan manusia.

UNDP (United Nations Development Programme) mendefinisikan keamanan manusia menjadi dua, pertama kondisi aman dari ancaman kelaparan, penyakit, dan tekanan atau penindasan. Sedangkan yang kedua, keamanan manusia merupakan kondisi dimana terhindar dari gangguan yang mengancam kehidupan sehari-hari baik di dalam rumah maupun di ruang publik. Berdasarkan konsep human security tersebut dapat dinyatakan bahwa banjir yang sering terjadi ini mengancam keamanan manusia. UNDP membagi ancaman terhadap keamanan manusia menjadi tujuh aspek, antara lain keamanan ekonomi, keamanan pangan, keamanan kesehatan, keamanan lingkungan, keamanan pribadi, keamanan komunitas, dan keamanan politik.(Madyar Dewi, Haqqi, Mercia Karina 2023). 

Menurut  Organisasi Pangan dan Pertanian, keamanan pangan merupakan keadaan dimana setiap orang  memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap makanan sehat yang cukup untuk memenuhi gizi harian mereka. Keamanan pangan sangat berkaitan erat dengan produktivitas pertanian bahan pangan utama seperti beras. Keadaan lingkungan, termasuk banjir tentu saja mempengaruhi produktivitas pertanian tersebut, curah hujan yang berlebihan hingga menyebabkan banjir ini menjadi ancaman yang serius bagi panen padi. Apabila panen terancam maka kebutuhan pangan masyarakat Bangladesh akan terancam dan tidak tercukupi.

Perubahan iklim merupakan masalah lingkungan yang juga berdampak besar terhadap pembangunan ekonomi. Bangladesh telah menghabiskan miliaran dolar guna menyesuaikan perubahan iklim seperti proyek pengelolaan banjir, tanggul tepi laut, rumah aman, dan lain-lain. Namun dampak dari perubahan iklim tidak terhindar begitu saja. Saat ini Bangladesh menganggarkan $1 miliar dalam setahun untuk penyesuaian perubahan iklim, nilai tersebut merupakan 6 hingga 7 persen dari anggaran tahunan Bangladesh. Sedangkan menurut Quamrul Chowdhury, mediator utama untuk negara-negara berkembang dalam perundingan iklim PBB, Bangladesh harus menambah $5 miliar lagi dalam 5 tahun mendatang untuk melakukan penyesuaian diri dengan perubahan iklim (Rahman, n.d.). Dalam beberapa tahun kebelakang Bangladesh mengalami banjir besar yang sangat merugikan, tahun 1988 kerugiannya mencapai $1,4 miliar, tahun 1998 rugi sebesar $2 miliar, tahun 2004 sebesar $2,3 miliar, tahun 2007 sebesar $1,1 miliar, serta pada tahun 2017 terjadi banjir yang meluas berdampak pada 8 juta orang di 33 distrik, menghancurkan 103.855 rumah, menewaskan 145 orang, dan merusak 4.636 infrastruktur pendidikan. (Rahman, n.d.)

Perubahan iklim juga mengancam keamanan kesehatan masyarakat Bangladesh. Banjir menyebabkan kelangkaan akan air bersih, tentu hal ini berdampak buruk bagi kesehatan. Air minum yang tercemar dapat melahirkan berbagai macam penyakit seperti diare, penyakit kulit, penyakit mata, kolera, dan penyakit lainnya. Selain itu, banjir juga menyebabkan lingkungan kotor dan kumuh hingga tidak layak untuk dijadikan tempat tinggal. Keadaan lingkungan yang kotor tersebut juga memunculkan berbagai sarang penyakit. 

Keadaan Bangladesh yang mengkhawatirkan mengundang beberapa NGO serta negara-negara lain untuk memberikan bantuan. UNHCR, bersama mitra lokal memberikan bantuan berupa 350.000 tablet pemurni air, 20.000 jerigen, 15.000 kit kebersihan, dan 10.000 tempat tinggal darurat untuk membantu komunitas yang terkena dampak banjir di distrik Feni dan Comilla. Bantuan ini juga mencakup pasokan medis untuk mencegah penyakit akibat air (UNHCR, 2024). Global Fund menyumbangkan dana darurat sebesar $1,06 juta untuk mendukung layanan kesehatan di daerah yang terdampak parah. Bantuan ini mencakup pengobatan HIV, TB, malaria, serta penyediaan nutrisi bagi pasien di tempat penampungan sementara (Global Fund, 2024). WFP (World Food Programme) memberikan bantuan berupa transfer tunai kepada sekitar 235.000 orang di distrik Cumilla, Feni, Moulvibazar, Noakhali, dan Laxmipur. Selain itu, mereka mendistribusikan biskuit fortifikasi kepada lebih dari 600.000 orang untuk memenuhi kebutuhan makanan darurat (Mahbub Mumit, n.d.). Sedangkan Pemerintah Jepang memberikan bantuan darurat sebesar 1 juta USD melalui UNICEF dan UNHCR untuk kebutuhan air bersih, sanitasi, dan tempat tinggal. Selain itu, mereka juga menyediakan JPY 300 juta melalui Japan Platform untuk mendukung upaya NGO Jepang di lapangan ("Japan's Assistance in Response to the Flood Disasters in Bangladesh (Statement by Press Secretary KITAMURA Toshihiro).

Perubahan iklim merupakan fenomena yang sangat kompleks dan dapat mempengaruhi seluruh lini kehidupan manusia. Letak dan kondisi geografis negara Bangladesh menyebabkan berbagai macam bencana alam, salah satunya banjir. Berdasarkan konsep keamanan manusia, banjir menjadi ancaman yang serius bagi keberlangsungan hidup manusia. Banjir dapat mengancam keamanan di bidang kesehatan, pangan, serta pembangunan ekonomi. Pemerintah Bangladesh telah melakukan berbagai upaya, serta dunia internasional termasuk NGO dan beberapa negara lain juga turut membantu para korban terdampak banjir di Bangladesh.

Referensi

Global Fund, 2024. n.d. "Global Fund Approves Additional Funding to Sustain Health Services in Bangladesh After Devastating Floods." https://www.theglobalfund.org/en/news/2024/2024-10-02-global-fund-additional-funding-health-services-bangladesh/. 

"Japan's Assistance in Response to the Flood Disasters in Bangladesh (Statement by Press Secretary KITAMURA Toshihiro)." n.d.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun