Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Surat Kabar Perempuan Indonesia, Pertama Kali Terbit di Minangkabau

11 April 2016   19:14 Diperbarui: 11 April 2016   19:31 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu pokok bahasan yang menarik perhatian saya dari ratusan halaman buku berjudul "Sejarah Perkembangan Pers Minangkabau" ini adalah tentang munculnya pertama kali surat kabar pengemban suara kaum wanita. Dikatakan demikian karena para penggerak dan pelopor penerbitannya adalah para wanita, dan isi yang dikomunikasikan juga cenderung ditujukan bagi wanita.

Seperti kita ketahui bersama, dewasa ini telah banyak beredar surat kabar atau tabloid yang menyajikan “pembicaraan” khusus wanita, mulai dari usia muda belia hingga untuk ibu dan anak. Terkait hal tersebut saya melihat adanya kebutuhan khusus bagi kaum wanita untuk informasi-informasi tertentu yang berhubungan dengan aktifitas sehari-hari. Dan mungkin saja sejak zamah dahulu juga dirasakan hal yang sama, maka dirintislah media khusus wanita tersebut.

Surat kabar khusus wanita di Minangkabau yang terbit pertama kali bernama Soenting Melajoe, dan diterbitkan pada 10 Juli 1912. Hebatnya lagi, surat kabar Soenting Melajoe ini juga sekaligus sebagai surat kabar wanita pertama di Indonesia dan bertahan untuk terus beredar selama 10 tahun.

Surat kabar wanita lainnya yang juga terbit dan beredar di Minangkabau kala itu adalah Suara Perempuan. Media ini diterbitkan di Padang, Sumatera Barat pada tahun 1918.

Perbedaan kedua surat kabar tersebut yakni Soenting Melajoe dan Suara Perempuan terletak di sisi pembacanya. Untuk surat kabar Suara Perempuan lebih disukai para pelajar di sekolah-sekolah wanita, sedangkan Soenting Melajoe sebagian besar pembacanya adalah wanita-wanita usia dewasa.

Para penerbit surat kabar khusus wanita tersebut bisa dikatakan sebagai pejuang wanita yang bergerak melalui media informasi. Mereka tidak ingin wanita saat itu ketinggalan berita dan menjadi kaum yang terbelakang.

Inilah sejarah perkembangan pers yang boleh dipahami pergerakannya. Dan ternyata bukan hanya dari Jepara saja emansipasi wanita dimulai yang ketika itu digagas oleh RA Kartini, tapi di Sumatera Barat juga telah merintis hal yang sama. Lalu saat ini kaum wanita tinggal menikmati kesetaraan gender yang pernah diperjuangan salah satunya melalui terbitnya surat kabar khusus wanita, salah satunya adalah hak berpendidikan bagi kaum wanita terhadap pria.

(dnu, ditulis sambil menikmati macet total di toll Cikampek sodara-sodaraaaaa...., 11 April 2016, 08.49 WIB)

 

[caption caption="Dok : Pribasi"][/caption]

 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun