Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kebijakan "Restoran Tanpa Sedotan" Perlu Disertai Komunikasi Bisnis yang Menyenangkan

2 Desember 2019   12:19 Diperbarui: 2 Desember 2019   17:32 2171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Thinkstock melalui KOMPAS.com

Demi mengusung penyelamatan lingkungan dari sampah plastik yang salah satunya berupa sedotan, semakin ke sini kian banyak restoran atau rumah makan yang tidak menyediakan sedotan bagi pengunjungnya untuk menyeruput minuman dingin maupun panas.

Adalah hal positif dan sangat mulia dengan niat menyelamatkan hewan-hewan laut agar tidak punah karena pencernaan yang terganggu akibat mengonsumsi sampah plastik buangan manusia. Kampanye pengurangan sampah plastik ini diamini oleh para pelaku industri kuliner, yang jika ditilik lebih jauh lagi, bisa juga menjadi jalur penghematan biaya operasional restoran dengan melakukan penghematan dari sedotan.

Bukan tidak mungkin berkat benda kecil nan ramping yang berfungsi untuk menyedot air minum itu menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi pemilik restoran. 

Beberapa restoran memang menetapkan peraturan untuk benar-benar tidak menyediakan sedotan dan tidak dapat memberikan sedotan dengan alasan apapun. Saya pernah mengalaminya. 

Peristiwa itu terjadi di sebuah restoran yang saya tidak berhasil mendapati tulisan "Mari selamatkan lingkungan dengan kurangi sedotan plastik" atau sejenisnya yang bermakna serupa. Setelah disuguhi minuman dingin, saya celingak-celinguk mencari di mana tersedia sebilah sedotan, dan ternyata tidak ada. Dan tidak diberikan. Kemudian saya memanggil salah seorang pelayan resto dan meminta diberikan sedotan 1 buah saja, tetapi pelayan menolak dengan alasan sudah tidak menyediakan sedotan.

Dikarenakan memiliki gigi sensitif, saya sama sekali tidak bisa meminum secara langsung dari gelas yang berisi air dingin maupun panas. Saya mengatakan tidak mengapa jika memang harus membeli sedotan dari restoran tersebut, namun pelayan tetap mengatakan tidak ada sedotan. 

Saya sampaikan sekali lagi kalau gigi saya super sensitif, tidak bisa minum tanpa sedotan. Bahkan saya sangat bersedia mengembalikan minum dingin tersebut dengan tetap membayarnya dan membeli lagi minuman lain dengan suhu yang normal. 

Usai saya katakan demikian, akhirnya pelayan memberikan sebuah sedotan plastik putik berbalut kertas dari laci tempat penyimpanan sendok yang terpampang jelas di hadapan konsumen.

Dalam beberapa kesempatan saya tidak luput membawa sedotan sendiri, namun sekali itu, saya benar-benar lupa.

Berkaca pada kejadian tersebut, saya sebagai pengidap gigi super sensitif memang harus intropeksi diri agar tidak lupa untuk membawa perlengkapan apapun yang menjadi kebutuhan sehari-hari, termasuk sedotan. 

Di sisi lain, bagi pengelola restoran seyogyanya memiliki banyak cara mengomunikasikan kepada pelanggan tentang perubahan apa saja yang terjadi pada usahanya, Demikian pula dengan perubahan kebijakan terkait sedotan. Jika dijelaskan dengan baik, konsumen akan mengerti dan memahami.

Selain itu pelaku usaha kuliner juga dapat mengambil peluang dengan berjualan sedotan karet atau stainless atau apapun, yang bukan dari plastik. Memang ini akan terasa sedikit memaksa pelanggan untuk mengurangi sampah plastik dengan mengeluarkan uang. Tetapi bagi saya, ini adalah solusi yang menyenangkan. 

Kocek harus dikeluarkan lagi pun bukan masalah. Pun untuk kelancaran makan dan minum diri sendiri bukan? Hal ini dapat melatih konsumen yang memiliki kebutuhan tertentu agar senantiasa tidak lalai menyiapkan perlengkapan makan terlebih yang sudah tidak didukung lagi oleh rumah makan karena memang jelas-jelas membahayakan lingkungan.

Edukasi tentang pentingnya menyelamatkan lingkungan hidup dimulai dari hal yang paling sederhana juga bisa menjadi pojok inovasi baru bagi pelaku usaha kuliner. Alangkah indahnya jika banyak rumah makan yang menyediakan "sudut edukasi plastik" bagi konsumen, selain memberikan informasi juga dapat menjadi daya tarik tersendiri. 

Melalui pelayan atau media informasi lainnya rumah makan dapat memberikan penjelasan terkait kelebihan dan kekurangan material plastik yang ada di kehidupan kita sehari-hari. Melalui sudut ini juga dapat membuka pemikiran konsumen tentang bahayanya sampah plastik yang selama ini "telah kita hasilkan", terhadap bumi yang kita pijak setiap hari. 

Melalui cara-cara yang atraktif dan menarik "sudut edukasi plastik" dapat dikemas agar menarik perhatian masyarakat, agar yang sebelumnya tidak ingin makan di sana menjadi ingin makan, dan bagi yang sudah menjadi pelanggan rutin didarapkan dapat mengabarkan kepada kerabatnya tentang asiknya makan di resto yang memiliki sudut edukasi. Bukankah setiap saat kita harus selalu berinovasi?

Berbeda halnya dengan beberapa resto yangn belum menyediakan informasi terkait ketersediaan sedotan, Pizza Hut Green Terrace Taman Mini, Jakarta Timur jelas memberikan informasi bagi siapa saja yang membutuhkan sedotan dapat menghubungi pelayan.

Resto ini juga turut mendukung pengurangan sampah plastik mulai dari sedotan, namun pemilik usaha ini tetap ingin memberikan pelayanan terbaiknya melalui pemberian informasi tersebut. Saat ini masih gratis diberikan, mungkin seiring berjalannya waktu akan berbayar seperti kantong plastik atau sama sekali tidak sediakan, namun yang saya lihat di sini adalah tahapan proses yang resto ini lakukan cukup menenangkan.

Bagi orang-orang yang lupa membawa sedotan sedangkan mereka membutuhkan, untuk saat ini resto masih bersedia membantu tetapi tegas hanya bagi yang membutuhkan, suatu saat nanti mungkin resto juga akan tegas tidak ada sedotan atau beli dan kemudian disimpan.

Komunikasi antara penjual dengan pembeli menjadi hal penting yang harus diperhatikan, kedua pihak memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Agar tidak terjadi kesalahpahaman maka perlu adanya sistem komunikasi dua arah, sekaligus berinovasi agar dampaknya lebih baik lagi. Satu hal yang pasti, baik penjual maupun pembeli tentu sama-sama setuju bahwa telah menjadi kewajiban kita untuk menjaga kelestarian lingkungan melalui pengurangan sampah plastik yang di mulai dari detik ini. 

Dewi Nurbaiti
Creative Industry Lecturer

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun