Mohon tunggu...
Humaniora

Membunuh, Hilangnya Kontrol Superego

15 November 2018   18:55 Diperbarui: 15 November 2018   19:15 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa hari ini publik di gegerkan dengan peristiwa pembunuhan satu keluarga di kawasan Bekasi. Korban yang terdiri dari ayah,ibu dan dua anaknya ini dibunuh secara keji.

Kasus pembunuhan satu keluarga bukanlah barang baru. Di penghujung 2016 lalu ada sebuah perampokan yang disertai pembunuhan satu keluarga di Jakarta timur.

Hal ini menujukan sisi keji dari kepribadian seorang manusia. Dilansir dari CNNIndonesia seorang Psikolog Veronica Adesla, menjelaskan bahwa tindakan pembunuhan itu memperlihatkan jika pelaku hanya focus pada pemuasan atau pemenuhan dorongan emosi keji,tidak manusiawi serta menyebabkan kehancuran.

Dalam konteks psikologi, orang yang melakukan kejahatan artinya dirinya dalam kondisi dimana superego tidak lagi dapat dapat menjadi kontrol keputusan-keputusannya. Superego sendiri adalah norma-norma agama, kasih sayang dan segala hal yang memanusiakan manusi.

Persoalan yang menimpa pelaku sebenarnya memiliki solusi dan jalan keluar, walaupun memakan waktu yan tak sebentar.

Meski belum diketahui dengan jelas motif yang ada di balik kenapa pelaku bia membunuh. Biasanya direncanakan. Menurutnya sudah tak ada jalan keluar lagi selain membunuh.

Tidak menutup kemungkinan seseorang yang sudah melakukan pembunuhan lebih dari sekali, di indikasi memiliki gangguan mental. penyakit tersebut biasanya ada di sekitar orang dengan sadistic personality disorder atau psikopat

Namun demikian, tidak semua pembunuh disebut memiliki gangguan mental.  beberapa orang membunuh secara sadar.

Pada akhirnya, pembunuhan karena gangguan mental atau tidak tetap saja perbuatan ini akan menimbulkan kehancuran pada keluarga korban yang ditinggalkan. Perbuatan ini akan mengakibatkan duka yang panjang, bisa juga stres, trauma dan depresi pada korban sekunder.

Baik pembunuhan karena gangguan mental atau bukan, tetap saja perbuatan jenis ini menimbulkan kehancuran pada korban sekunder seperti keluarga korban. Pembunuhan juga mengakibatkan duka jangka panjang yang bisa berujung pada gangguan stres, depresi, dan pasca-trauma berat pada korban sekunder. Korban harus mendapatkan perhatian lebih dan pendampingan menyeluruh, baik secara psikologis maupun fisik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun