Mohon tunggu...
Wulan Ndari
Wulan Ndari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Warna-Warni Hatiku": Media Edukasi Ciptaan Mahasiswi BK UNNES untuk Mengenali Emosi pada Anak Berkebutuhan Khusus

15 Oktober 2025   19:52 Diperbarui: 15 Oktober 2025   19:55 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Penyerahan Media Buku Saku "Warna-Warni Hatiku" Kepada Pusat Terapi Talenta Semarang

Semarang, 15 Oktober 2025 — Tidak semua anak mampu mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Bagi sebagian anak, terutama mereka yang memiliki kebutuhan khusus, emosi sering muncul melalui tangisan, teriakan, atau bahkan tantrum. Fenomena inilah yang menjadi perhatian Dewi Pramesti Wulan Ndari, mahasiswi semester 5 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang (UNNES). Dari kepedulian itu, Wulan melahirkan sebuah karya sederhana namun bermakna: buku saku bertajuk “Warna-Warni Hatiku”, media konseling interaktif yang dirancang untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) mengenali dan mengekspresikan emosi dengan cara yang menyenangkan.

Buku ini dirancang sebagai media konseling visual untuk anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) agar dapat belajar mengenali dan mengekspresikan perasaan dengan cara yang menyenangkan dan tidak menekan. Karya tersebut disusun sebagai bagian dari tugas mata kuliah Konseling Anak, di bawah bimbingan Kusnarto Kurniawan, S.Pd., M.Pd., Kons. dan Rossi Galih Kesuma, S.Pd., M.Pd. Proyek ini tidak hanya mengasah kreativitas mahasiswa, tetapi juga berfungsi sebagai media praktik konseling nyata yang dapat diterapkan di lapangan.

Awal Inspirasi : Wawancara dan Observasi di Pusat Terapi Talenta Semarang

Inspirasi buku ini berawal dari kegiatan wawancara dan observasi yang dilakukan Wulan di Lembaga Pusat Terapi Talenta Semarang pada 15 September 2025. Dalam kegiatan tersebut, ia menemukan bahwa banyak anak ABK mengalami hambatan dalam perkembangan sosial-emosional.  Berdasarkan hasil wawancaranya dengan salah satu terapis, diketahui bahwa anak-anak kerap kesulitan mengekspresikan emosi secara verbal. Mereka belum mampu menyebutkan perasaan yang sedang dialami, seperti marah, takut, atau sedih. Sebagian besar hanya mengekspresikannya melalui perilaku fisik seperti menangis, berteriak, atau tantrum.

“Beberapa dari mereka masih kesulitan mengekspresikan emosi secara verbal sehingga mengekspresikan melalui perilaku seperti tantrum.” Ujar Ms. G, salah satu Terapis di Pusat Terapi Talenta Semarang

Fenomena ini memantik ide Wulan untuk menciptakan media yang bisa menjadi jembatan antara perasaan anak dan pemahaman diri mereka sendiri. Banyak anak ABK belum memiliki cara yang tepat untuk mengenali perasaan sedih, marah, takut, atau bahagia, sehingga emosi tersebut sering muncul dalam bentuk perilaku ekstrem. Melalui pendekatan visual dan simbolik, Wulan berupaya menciptakan sarana belajar yang sesuai dengan tahap perkembangan anak dan mampu menstimulasi kesadaran emosional mereka.

Suasana Ruang Terapi di Pusat Terapi Talenta Semarang
Suasana Ruang Terapi di Pusat Terapi Talenta Semarang
Media Play Therapy di Pusat Layanan Terapi Talenta Semarang
Media Play Therapy di Pusat Layanan Terapi Talenta Semarang

Dari Teori ke Praktik: Berdasarkan Teori Jean Piaget

Proses pembuatan Buku Saku “Warna-Warni Hatiku” tidak dilakukan secara asal. Wulan mengadaptasi teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget (1952) yang menjelaskan bahwa anak pada tahap praoperasional (usia 2–7 tahun) belajar melalui simbol, warna, dan permainan imajinatif.

Pendekatan visual ini dinilai sangat efektif bagi anak berkebutuhan khusus yang seringkali mengalami keterlambatan atau hambatan dalam kemampuan komunikasi verbal. Selain itu, Wulan juga berlandaskan pada teori Heward (2013) yang menekankan pentingnya penggunaan media belajar konkret, visual, dan interaktif dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Selain berlandaskan teori ilmiah, Wulan juga terinspirasi dari film animasi Inside Out (2015) karya Pixar. Film tersebut menggambarkan bagaimana lima emosi utama—Joy, Sadness, Anger, Fear, dan Disgust—bekerja bersama dalam diri seorang anak. Dari sana, Wulan melihat bagaimana konsep warna dan karakter emosi dapat membantu anak memahami perasaannya dengan cara yang lebih visual dan menarik.

Dengan memadukan teori dan temuan lapangan, lahirlah konsep buku saku interaktif “Warna-Warni Hatiku”, yang memperkenalkan lima warna emosi dasar:

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun