Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Unik di Pasar Antik

27 November 2020   18:50 Diperbarui: 27 November 2020   19:02 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seru berburu barang antik di pasar Triwindu Solo

'Teh ... Tebak-tebakkan yuk!' ajakku kepada Teteh, Maryam Alliya Al Kindi.

Anakku menoleh dan matanya berbinar. Dia seneng kalau diajak permainan asah otak ini h3 ... Karena sering menang, jitu menebak pertanyaan ibunya.

'Lampu apa yang menyalakannya harus di pompa ?', 

Keningnya berkerut. Siiikkk asyiiikkk sepertinya tidak bisa jawab nih. Lama juga Teteh mencoba menebak tapi masih belum betul.

'Jawabannyaaaa ... Yuk! Kita kep pasar antik di dekat Mangkunegaran.' jawabku sambil mengucek rambutnya. 

'Lets go Teteh! ... Mumpung di Solo', 

Anakku bergegas ganti kostum lengkap dengan jilbabnya. Aku dan Teteh memilih naik becak untuk menuju pasar Triwindu. Pusatnya barang antik dan kuno khas Mangkunegaran. 

Alhamdulillah ... Kali ini bisa mengajak Teteh menjejak masa lalu di pasar Triwindu Solo. Seru berburu barang antik yang tak lagi digunakan anak Gen- Z. Ada lampu cempor, patromaks, setrika arang, radio, dan televisi tabung hitam putih. Juga sepeda onthel, alat takar minyak tanah, mesin ketik manual, serta barang kuno lainnya. 

Aku Gen-Z lahir tahun 70-an masih merasakan memakai patromaks di rumah nenek di desa kaki gunung Ciremai. Mamahku masih menyetrikan menggunakan setrika arang. Kompor minyak tanah juga masih dipakai untuk memasak. Sedangkan Teteh yang lahir bertemunya kompor gas, setrika listrik, handphone, laptop, televisi layar datar, kamera dslr, dan lampu led. 

Iiihhh ... Mana tahu ada lampu yang harus di pompa dulu sebelum menyala ?

 

Patromaks dan barang lain yang Teteh baru tahu
Patromaks dan barang lain yang Teteh baru tahu

Cung ... Siapa kompasianer yang masih merasakan memakai patromaks ?

Seorang sahabat bercerita, 'Dulu kalau almarhum kakek sudah bersiap-siap menyalakan patromaks, aku pasti langsung pasang posisi nongkrong. Persis di depan beliau. Karena bagiku dulu menyalanya lampu patromaks itu seperti sulap. Iya loh! Kok bisa, kaos lampu yang semula kempes dan terbuat dari bahan seperti jala-jala bisa menjadi genduuut. Semakin lama di pompa semakin terang ... Menyala. Waaaahhhhhh .... Emejiiing'.

Patromaks itu digunakan hanya untuk ruang tengah. Sedangkan ruang lain seperti  kamar tidur atau ruang makan rumah kakek memakai lampu teplok minyak tanah. Hhhmmm ... Kamu kalau pernah mengalami pasti tak akan pernah lupa.  Bau khas minyak tanahnya akan menempel di baju dan semua kain dalam kamar. Bahkan jelaga hitamnya bisa juga mendarat dengan manis di pipi kita ha3 ... Nah ... Spirtus nya biru. Rasanya dingin jika dicelup jari-jari kita ya. Benar-benar kayak sulap. Oya ... Aksi memompa patromaks juga kudu pas, kalau tidak bakalan gagal deh! Lampunya tidak menyala dengan baik.'

Setelah berkeliling dan merasakan sensasi kembali ke masa lalu, aku membeli lonceng sapi dari bahan kuningan.  Pulangnya mampir ke pasar Klewer membeli batik. Asyiknya wisata di kota Solo sambil belajar sejarah. Nantikan kisah blusukan di kauman Solo dan keliling keraton Surakarta. 

Salam jalan-jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun