Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Humor

Disangka ABG Nyasar di Masjidil Haram (Hikmah Haji)

7 Oktober 2011   16:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:13 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Kejadian tak diduga terjadi saat menanti shalat jumat. Kepalaku agak pusing dan badan terasa penat. Jadi aku pijat ’sendiri’ jari dan telapak tanganku sambil sesekali ku usapkan minyak kayu putih. Pijatan ku lanjutkan ke bagian leher dan pundak, lalu perut, dan dada ’dibalik mukena’. Terakhir aku pijat jari kaki, tumit, dan betis. Tahu-tahu pundakku ditepuk seseorang bergamis hitam dan bercadar ‘matanya juga tertutup’. Aku pikir askar. Wah … aku salah apa yah ??? Muslimah itu menepuk-nepuk pundaknya seperti gerakan memijat. Ha … ha … ha … rupanya dia ingin aku pijat pundaknya. Aih … aih … aih … di Masjidil Haram aku dapat tugas tambahan memijat muslimah ‘antah berantah’ yang tak bicara sedikitpun hanya menggunakan bahasa isyarat. Setelah pundak dia minta aku memijat tangan dan kakinya yang selonjor. Aku dipeluk dan diciumnya … supraise … Suatu kali di masjid sudah penuh sesak. Alhamdulillah tubuhku mungil saja (seukuran anak remaja bagi muslim Turki). Saat ‘celingukan’ dan bingung mau menggelar sajadah aku ditarik dan didudukan di tengah-tengah dua muslimah Turki berukuran big size. Mereka tersenyum dan mengelus kepala dan mencubit gemas daguku. (ha … ha … ha … mereka pikir aku ABG nyasar?). Ku balas dengan senyum manis. Selanjutnya obrolan lewat bahasa isyarat dan kata-kata kunci bahasa Arab (lumayan … aku jadi tahu mereka bertanya ‘mana ayah ibu kamu?’ mereka bingung saat kujelaskan bahwa aku berangkat dengan suami ’saja’ dan sudah punya anak dua hah! …). Muslimah Turki bilang ’orang Indonesia mudah dikenal karena pakai muken’. Lucu sudah pakai jilbab masih pakai mukena, sebab mereka shalat cukup dengan baju gamis, jilbab, dan kaos kaki saja. Kali lain, kejadian ini tiba-tiba juga. Aku sedang bersai dari Shafa ke Marwa. Sekonyong-konyong ada tangan hitam besar menggenggam pergelangan tanganku yang kurus. Muslimah Afrika berpostor hampir duakali lipat dariku. Isyarat matanya mengatakan agar aku mengikutinya ’sambil tetap dalam genggamannya’. Terbayang : anak usia empat-lima tahun yang sedang digandeng ibunya. Itulah aku : Wow … tubuhnya menerobos, berzig-zag, bahkan sesekali memakai jalur kursi roda. Hingga saiku usai. Dilepaskan tanganku. Dia menghilang … entah kemana ??? Di pelataran masjid saat hujan gerimis, aku dan suami berbagi tempat dengan muslim Pakistan. Sederhana. Terus tersenyum. Sampai hujan reda. Kami berkenalan dengan supir taksi asal Sudan. Pondokan kami salah satu pelayannya mahasiswa asal Mesir. Di toko sajadah, kami dapat harga diskon karena pemiliknya adalah keturunan Cina-Indonesia. Aku senang berbelanja pernik-pernik diemperan yang penjualnnya muslimah Bosnia ‘putih-cantik’ dan murah senyum. Di masjid Nabawi aku berkenalan dengan askar muslimah asli Arab Saudi. Dia guru di sekolah dasar dan fasih berbahasa Inggris. Jadi aku sempat berbincang cukup panjang sambil menanti kesempatan masuk ke Raudah. Dia bertanya apa aku masih sekolah ? Aku bilang aku sudah lulus kuliah dan bekerja. Apa pekerjaan yang aku sandang ? Aku jawab arsitek dan dosen. Mata indahnya terbelalak … heran ??? Aku lanjutkan bahwa aku paling senang mendisain masjid. Inspirasiku datang dari indahnya Masjidil Haram dan Masjid Nabawi serta kekayaan arsitektur Indonesia. Dia bilang masya Allah … di Indonesia perempuan diberi kesempatan seluas itu? Ya! jawabku. Menurut dia di Arab Saudi kiprah perempuan masih dibatasi. Ya Allah … aku bersyukur telah ditakdirkan menjadi muslimah di Indonesia. Aku berkenalan dengan ibu guru setengah baya dari Afganistan (dia tak bercadar … jadilah aku tahu hidung mancung, senyum manis, dan mata besarnya : benar-benar  cantik!). Kami sama-sama sedang haid dan duduk dipelataran luar masjid. Dia bisa berbahasa Inggris. Obrolan berkisar pendidikan di negara masing-masing. Senangnya hati ku dapat bersilaturahim dengan sesama muslimah dari berbagai bangsa. Walau terkadang pakai bahasa ‘tarzan’ … he3 …

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun