Mohon tunggu...
Dewi Krisna
Dewi Krisna Mohon Tunggu... Freelancer - Happy House Wife

"You can learn from your competitor, but Do not copy, Copy & You Die" (Jack Ma)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

K-Jog's Class, Alirkan "Ruh" dalam Tulisanmu

24 Mei 2018   19:31 Diperbarui: 25 Mei 2018   08:10 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc.pri/ditengah class travell writing saya berfoto dengan Angtekkhun

Syndrom narsisme juga terkadang menjadi faktor pemicu keaktifan social media dalam arti yang salah kaprah.

"Sebab itu saya tidak terbitkan hal yang tidak tuntas di saya, saya tidak mau terkena syndrom atau penyakit", tutur Windy tegas.

Pernyataan Mbak Windy ini membuat saya terperanjat, hmmm sisi keindahan fotografi dengan caption tulisan indah, kadang hanyalah kamuflase untuk menunjang karir ...tanpa makna... bagi sebagian orang,

Dari sinilah saya belajar mengalirkan "ruh" ke dalam karya-karya saya, tentunya "tulisan" ahahhaha new be new be...

doc.pri/ With Windy Ariestanty, travell writer ternama di Indonesia.
doc.pri/ With Windy Ariestanty, travell writer ternama di Indonesia.
Saat mengumpulkan data alangkah hebatnya ketika data itu kita dapatkan dengan interaksi, untuk membangun chemistry hidupnya tulisan kita, bukan kita sekedar majas hiperbolis, bicara yang indah indah tanpa mengetahui hal yang benar apalagi "copy paste".

Rajinlah membaca buku yang bertolak belakang dengan karaktermu

Bacalah, membaca menambah ilmu,yaaa itu benar!

Doc.irna.article
Doc.irna.article
Terkadang penting kita membaca buku yang bertolak belakang dengan karakter yang kita gemari, hal ini dapat membuat kita menarik jalan tengah untuk memunculkan "ruh" pada tulisan. Ilmu ini dipaparkan oleh Kokoh dengan bijaksana,bagaimana kami diajari untuk memunculkan empati,jika tidak suka membaca "nonton" ataupun mendengarkan musik bisa membantu. Temukan sinergi!!

Hilangkan pikiran memberi ranked dalam memaknai sesuatu

Kita sering kali memberikan ranked pada sesuatu, padahal belum tentu kita tau kebenarannya. Keterkaitan manusia yang terkadang "asal-asalan" dalam menilai, membuat mereka terjebak dalam asumsi mereka yang mengarah pada ego, sehingga sulit untuk menerima perubahan.

Maka, dalam menulis menghilangkan peringkat, ketika kita memaknai sesuatu, sangat dianjurkan, kita diharuskan bisa mempercayai bahwa masing-masing punya keunikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun