Di tengah laju transformasi digital yang sangat pesat, kesehatan mental menjadi isu yang semakin mendesak untuk diperhatikan. Era digital telah membawa dampak besar terhadap kehidupan manusia, termasuk dalam aspek sosial, ekonomi, dan psikologis. Meskipun teknologi digital mempermudah akses informasi dan komunikasi, namun di sisi lain, juga memicu krisis kesehatan mental yang signifikan. Tingginya intensitas penggunaan media sosial, tekanan citra diri, cyberbullying, hingga adiksi digital menjadi pemicu meningkatnya gangguan mental terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.
Krisis ini menuntut keterlibatan aktif berbagai pihak, termasuk tenaga kesehatan masyarakat. Sebagai garda terdepan dalam upaya preventif dan promotif kesehatan, tenaga kesehatan masyarakat memiliki peran krusial dalam menangani masalah kesehatan mental, terutama melalui pendekatan berbasis komunitas dan edukasi digital. Mereka tidak hanya berfokus pada penanganan individu yang telah mengalami gangguan, tetapi juga berupaya mencegah krisis tersebut melalui kampanye kesadaran, intervensi lingkungan, dan pembentukan kebijakan publik yang mendukung kesehatan jiwa.
Salah satu peran utama tenaga kesehatan masyarakat adalah melakukan edukasi dan promosi kesehatan mental yang adaptif terhadap era digital. Dengan memanfaatkan platform digital, tenaga kesehatan masyarakat dapat menyebarkan informasi yang valid dan mudah diakses mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental, mengenali gejala awal gangguan mental, serta bagaimana mencari bantuan yang tepat. Kampanye edukatif ini dapat mengurangi stigma terhadap gangguan jiwa dan mendorong masyarakat untuk lebih terbuka terhadap isu tersebut.
Selain itu, tenaga kesehatan masyarakat berperan dalam mengembangkan program intervensi berbasis komunitas, seperti pelatihan peer support, pelibatan kader kesehatan, dan penyuluhan kesehatan jiwa di lingkungan sekolah, kampus, serta tempat kerja. Dalam konteks digital, mereka juga dapat memfasilitasi ruang diskusi daring atau konseling online yang aman dan bersifat non-stigmatis. Langkah ini bertujuan menciptakan sistem dukungan sosial yang kuat dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kesehatan mental kolektif.
Tenaga kesehatan masyarakat juga memiliki tanggung jawab dalam advokasi kebijakan publik yang mendukung kesehatan mental di era digital. Mereka dapat bekerja sama dengan pemerintah, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat untuk menyusun regulasi yang mengatur batasan penggunaan media sosial, perlindungan data pribadi, dan penanggulangan kekerasan daring. Dengan berbasis pada data dan riset lapangan, advokasi ini dapat melahirkan kebijakan yang berpihak pada kesehatan jiwa masyarakat.
Tidak kalah penting, tenaga kesehatan masyarakat perlu memperkuat literasi digital masyarakat agar mampu menyaring informasi yang valid dan menghindari dampak negatif dari konten digital. Hal ini penting mengingat arus informasi yang cepat dan sering kali tidak terverifikasi di era digital dapat memicu kecemasan, disinformasi, bahkan gangguan psikologis massal. Literasi digital menjadi bagian integral dari promosi kesehatan jiwa yang berkelanjutan.
Sebagai kesimpulan, peran tenaga kesehatan masyarakat dalam menangani krisis kesehatan mental di era digital sangat vital dan multidimensional. Mereka tidak hanya berperan sebagai pendidik dan fasilitator, tetapi juga sebagai penggerak perubahan sosial dan kebijakan. Dengan pendekatan yang kolaboratif, berbasis data, dan memanfaatkan teknologi secara bijak, tenaga kesehatan masyarakat mampu menjadi garda terdepan dalam menjaga kesehatan mental bangsa di tengah gempuran era digital yang kompleks.
KATA KUNCI: Digital, Edukasi, Kesehatan Jiwa, Komunitas, Preventif
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani, D., 2022. Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan Mental. Jurnal Promkes, 10(1), pp. 55-64.
Kemenkes RI. (2023). Situasi Kesehatan Jiwa di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.