Mohon tunggu...
Dewi Aprilia
Dewi Aprilia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Pemulung Tidak Menghalangi untuk Berbagi Ilmu

29 Oktober 2017   20:14 Diperbarui: 29 Oktober 2017   20:16 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sri Mulyati adalah seorang janda yang memiliki 13 anak. Sehari-hari beliau bekerja menjadi seorang pemulung. Dengan kemulian hatinya beliau disebut dengan "pahlawan tanpa tanda jasa", karena beliau tanpa pamrih dan tidak mengharap balas budi dari orang lain. Dengan hati yang tulus, beliau meluangkan waktunya setiap sore hari untuk  mengajar mengaji, dan pada hari minggu pagi beliau mengajar menulis dan membaca kepada para anak-anak pemulung yang berada di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Setiap hari anak-anak pemulung selalu menantikan Ibu Sri Mulyati dan tidak sabar untuk menerima ilmu yang akan beliau berikan. Daerah yang berada ditengah pemukiman dan jauh dari kata layak kini telah berdiri taman belajar yang digagas oleh Ibu Sri Mulyati atau yang lebih dikenal sebagai Ibu Nung.

Dengan penuh kesabaran, Ibu Sri mengajarkan anak-anak yang kurang mendapatkan pendidikan layak. Ibu Sri yang bekerja menjadi seorang pemulung dan beliau hari bekerja membanting tulang demi menghidupi 13 anaknya tanpa bantuan dari sosok seorang suami dikarenakan pada tahun 2013 sang suami telah meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya. kepeduliannya terhadap pendidikan anak membuat Ibu Sri tergerak untuk mengajar mengaji dan baca tulis.

Pada tahun 2005 dengan modal "niat" Ibu Sri dan ke 13 anaknya pergi ke Jakarta untuk pertama kalinya dengan tujuan untuk menghampiri sang suami yang bekerja di Jakarta. Ibu Sri memulai kehidupannya di Sengseng, Jakarta Barat dengan menyewa satu petak rumah. Dengan biaya sewa tempat tinggal yang seadanya dan rumah yang tidak begitu besar Ibu Sri harus menaruh sebagian anaknya untuk tidur dirumah tetangganya. pada saat tawaran pekerjaan datang kepada Ibu Sri pada akhirnya Ibu Sri dan keluarga memutuskan untuk pindah ke kampung pemulung.

Setelah lebih dari 3 tahun Ibu Sri dan keluarga tinggal diatas tumpukan sampah, mata dan hati Ibu Sri mulai melihat anak-anak di kamung pemulung tidak mendapatkan pendidikan sama sekali. Ibu Sri yang merasa mendapat hidayah mulai memberikan pengajaran mengaji dan membaca tulis secara cuma-cuma kepada anak-anak pemulung di pemukiman sampah tersebut.

Selain menjadi seorang pemulung Ibu Sri juga menjadi tukang pijat. Ibu Sri pun mengaku jika hanya menjadi seorang pemulung dan tukang pijat saja tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan anak-anaknya. Memang sudah menjadi Rezeki Ibu Sri datang seorang donatur  yang mempekerjakannya sebagai seorang guru di pendidikan anak usia dini (PAUD) Aisyah Azzahra di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. menurut warga sekitar Ibu sri di nilai cukup cakap dalam mengajar, walaupun tidak lulus pada saat pendidikan SMP.

Hati seorang Ibu yang mulia juga dimiliki oleh Ibu Sri. beliau mengaku bahwa beliau seringkali puasa jika uangnya tidak cukup untuk makan, beliau pun mengatakan lebih baik dia yang tidak makan dan kelaparan asalkan anak-anaknya tetap makan. tetapi beruntunglah saat ini ketiga anak Ibu Sri sekarang sudah bekerja sehingga dapat sedikit meringankan beban Ibu Sri. 

Setelah melewati masa-masa sulit Ibu Sri sekarang telah memperoleh status sebagai guru di sebuah Sekolah Al-Ghifani, Palmerah, Jakarta Barat. Ibu Sri mengaku kewalahan dan merasa kaku saat pertama kali mengajar, tapi setelah sering mengikuti pelatihan dari pihak sekolah Ibu Sri mampu mengatasi kendala selama mengajar.

meskipun telah menjadi seorang guru, Ibu Sri tetap memiliki keinginan untuk mendapatkan ijazah karena beliau hanya memperoleh pendidikan hingga SMP. hal itulah yang membuat Ibu Sri akhirnya mengikuti pendidikan paket C. setiap seminggu tiga kali Ibu Sri menjalani program pendidikan paket C. namun Ibu Sri mengalami keunikan, karena sistem pengajaran yang di dapatkan tidak seperti belajar pada umumnya. melainkan berbentuk seminar hingga jelajah nusantara.

profesi apapun yang sedang dijalani tidak pernah menghalangi seseorang untuk tetap membagi ilmu yang ia miliki. jika semua dilakukan dengan niat baik dan tanpa mengaharap imbalan, maka apa yang dilakukannya akan menjadi bermanfaat bagi orang lain.

Dewi Aprilia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun