Jika kondisi memungkinkan, ada baiknya mencoba mencari income tambahan tanpa harus keluar rumah, seperti mencoba menulis artikel/buku, berbisnis online, dan membuat usaha kuliner. Usaha-usaha ini bisa diawali dengan menyalurkan hobi kita masing-masing.
4. Mendengarkan Kata Hati Bukan Omongan Orang
Tidak sedikit para ibu ketika memutuskan resign jadi korban nyinyiran dari orang sekitar. Semua penilaian yang berkesan negatif langsung menghujani kita. Banyak orang yang tiba-tiba berubah menjadi juri dan komentator sehingga perasaan risih pastinya menghinggapi kita.
Tiba-tiba banyak bermunculan orang yang "maha hahu". Mereka sibuk menyalahkan kita karena keputusan yang diambil, dan menyayangkan kita harus resign. Dalam situasi demikian, ada baiknya kalau kita bersikap seolah-olah tidak peduli atau berpura-pura tidak tahu. Tanamkan prinsip bahwa yang mempunyai hidup adalah diri kita maka yang mengetahui baik dan buruknya adalah kita sendiri.
5.Totalitas Menjalankan Peran Sebagai Ibu
Umumnya, seorang wanita memutuskan resign dikarenakan alasan anak (keluarga). Jika demikian, hal yang seharusnya dilakukan adalah lebih fokus pada keluarga dengan menjalankan peran sebagai ibu akan lebih total dari memperhatikan, merawat, dan mengurus anak serta suami.
Dengan demikian, detail-detail urusan rumah tangga yang menjadi tanggung jawab ibu akan lebih terselesaikan. Mulai dari urusan anak di rumah maupun di sekolah, begitu juga dengan urusan suami saat di rumah, termasuk mendampingi anak saat belajar dalam kondisi PJJ seperti ini.
Adanya ibu di rumah akan makin menciptakan kondisi kelekatan antaranggota keluarga. Walaupun ada yang sambil melakoni usaha di rumah, keluarga tetap merasakan kehadiran kita sebagai ibu. Anak-anak  juga masih dalam pemantauan sehingga kita menjadi lebih tenang.
Tidak ada alasan lagi bagi para ibu yang memutuskan resign untuk ragu dan berkecil hati.  Justru, kita  harus lebih berbesar hati dan mantap atas keputusan itu. Saatnya menjadi ibu yang seutuhnya Mom.
(Ed. Haeriah Syamsuddin) Â