Mohon tunggu...
dewi anggraini
dewi anggraini Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu dan Pembelajar

Menebarkan kebaikan untuk mendapatkan banyak kebaikan pula. Bahagia itu pilihan dan bahagia harus dicari.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ketika "Resign" Jadi Pilihan

15 April 2021   17:20 Diperbarui: 15 April 2021   17:40 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kehidupan itu penuh akan pilihan. Pilihan yang menuntut komitmen yang kuat karena setiap pilihan itu ada konsekuensi yang kita tanggung. Yang penting, kita yakin bahwa pilihan yang diambil tersebut bernilai baik, baik bagi diri sendiri maupun orang di sekeliling kita. Setelah itu, kita bantu dengan berserah kepasa Tuhan dengan memohon petunjuknya.

 Seorang ibu rumah tangga sekaligus sebagai ibu pekerja dihadapkan pada pilihan untuk tetap bekerja di luar rumah atau full sebagai ibu rumah tangga, apalagi jika berkaitan dengan urusan anak. Pilihan menjadi ibu rumah tangga saja atau memilih sebagai ibu pekerja, sama-sama  baiknya karena setiap pilihan itu pasti didasari oleh alasan yang kuat dan kondisi yang memang mengharuskan memilih salah satunya. Karenanya, jangan merasa salah jika memilih salah satunya.

 Ketika memilih menjadi ibu rumah tangga saja dan harus resign dari dunia pekerjaan, kita juga harus siap dengan situasi atau kondisi yang akan dihadapi. Lalu apa sajakah itu? Berikut akan dikupas dalam poin-poin di bawah ini.

1. Memohon Petunjuk Sang Pencipta

Hati sangat mudah berubah-rubah, terlebih saat kondisi hati sedang gundah karena dihadapkan pada pilihan yang sulit. Kita coba merenungi dan mempertimbangkan sudah dilakukan, tetapi belum juga ada kemantapan. Jika sydah begitu jalan yang paling efektif adalah mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa.  Mohonlah petunjuknya dengan cara berdoa dan berserah. Cara ini diyakini, akan membawa kekuatan dan kemantapan hati atas pilihan kita. Bagi umat muslim, salah satu medianya adalah dengan salat Istikharah.

 Sebelumnya, usahakan agar hati lebih netral. Setelah itu, berdoalah dengan sungguh-sungguh sembari mengajukan beberapa plihan. Usahakan tetap  fokus dan khusyuk. Setelah beberapa lama, rasakan kekuatan hati kita. Jika memang itu pilihan yang terbaik dari Tuhan, kita pun menjalaninya dengan kedamaian dan suka cita.

2.Memohon Dukungan Suami dan Keluarga

Pilihan hidup yang berkaitan dengan keluarga amat perlu didukung oleh suami, anak-anak, dan juga keluarga inti lainnya. Baik buruknya pilihan tersebut pasti berimbas pada jalannya kehidupan keluarga kelak. Penghasilan yang semula didapat dari dua sumber, sekarang menjadi satu sumber saja. Otomatis, akan ada perubahan secara finansial karena kini suami sebagai kepala keluarga akan menjadi sumber penghasilan utama.

Kebutuhan anak-anak pun akan ikut terkena imbasnya. Namun, jika sudah didukung semua anggota keluarga, hal itu bisa dikondisikan. Umumnya, suami pasti akan mendukung sepenuhnya jika istri mengambil pilihan untuk full sebagai ibu rumah tangga.

3. Mengatur Keuangan dengan Cermat

Jika biasanya ada dua sumber income,  lalu menjadi satu sumber, secara otomatis akan mengubah kondisi finansial keluarga. Hal ini perlu disiasati, salah satunya lebih mendahulukan kebutuhan primer dan sekunder. Kebutuhan tersier, bukan ditiadakan. Namun, mungkin lebih tepatnya ditunda dahulu. Penghematan dan efesiensi keuangan menjadi syarat wajib.

Jika kondisi memungkinkan, ada baiknya mencoba mencari income tambahan tanpa harus keluar rumah, seperti mencoba menulis artikel/buku, berbisnis online, dan membuat usaha kuliner. Usaha-usaha ini bisa diawali dengan menyalurkan hobi kita masing-masing.

4. Mendengarkan Kata Hati Bukan Omongan Orang

Tidak sedikit para ibu ketika memutuskan resign jadi korban nyinyiran dari orang sekitar. Semua penilaian yang berkesan negatif langsung menghujani kita. Banyak orang yang tiba-tiba berubah menjadi juri dan komentator sehingga perasaan risih pastinya menghinggapi kita.

Tiba-tiba banyak bermunculan orang yang "maha hahu". Mereka sibuk menyalahkan kita karena keputusan yang diambil, dan menyayangkan kita harus resign. Dalam situasi demikian, ada baiknya kalau kita bersikap seolah-olah tidak peduli atau berpura-pura tidak tahu. Tanamkan prinsip bahwa yang mempunyai hidup adalah diri kita maka yang mengetahui baik dan buruknya adalah kita sendiri.

5.Totalitas Menjalankan Peran Sebagai Ibu

Umumnya, seorang wanita memutuskan resign dikarenakan alasan anak (keluarga). Jika demikian, hal yang seharusnya dilakukan adalah lebih fokus pada keluarga dengan menjalankan peran sebagai ibu akan lebih total dari memperhatikan, merawat, dan mengurus anak serta suami.

Dengan demikian, detail-detail urusan rumah tangga yang menjadi tanggung jawab ibu akan lebih terselesaikan. Mulai dari urusan anak di rumah maupun di sekolah, begitu juga dengan urusan suami saat di rumah, termasuk mendampingi anak saat belajar dalam kondisi PJJ seperti ini.

Adanya ibu di rumah akan makin menciptakan kondisi kelekatan antaranggota keluarga. Walaupun ada yang sambil melakoni usaha di rumah, keluarga tetap merasakan kehadiran kita sebagai ibu. Anak-anak  juga masih dalam pemantauan sehingga kita menjadi lebih tenang.

Tidak ada alasan lagi bagi para ibu yang memutuskan resign untuk ragu dan berkecil hati.   Justru, kita  harus lebih berbesar hati dan mantap atas keputusan itu. Saatnya menjadi ibu yang seutuhnya Mom.

(Ed. Haeriah Syamsuddin)  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun