Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Mottainai Kitchen, Film Dokumenter Revolusi Dapur Tanpa Sampah

22 September 2025   16:29 Diperbarui: 23 September 2025   16:44 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekelompok komunitas mengumpulkan bahan makanan kurang terpakai lalu dimasak dan disantap bersama (dok. JFF Theater) 

Bahan makanan yang sudah layu atau penampilannya kurang baik bisa diolah jadi makanan yang sedap (dok  JFF Theater) 
Bahan makanan yang sudah layu atau penampilannya kurang baik bisa diolah jadi makanan yang sedap (dok  JFF Theater) 


Cara unik dalam memperlakukan makanan dengan hormat lainnya yaitu praktik Shojin Ryori yang berakar dari tradisi kuno, artinya ibu dari dapur tanpa sampah. Nyawa itu berharga termasuk nyawa tanaman yang dicabut untuk dimasak.

Cara ini dipraktikkan ratusan tahun lalu di dapur kuil Buddha. Kuil yang menerapkan salah satunya Kuil Ryokusenji di Tokyo.

"Kita punya kehidupan karena mengonsumsi nyawa makhluk lain. Salah jika menyia-nyiakan atau membuang kehidupan itu," tutur Kakuho Aoe Kepala Biksu Kuil Ryokusenji.

Tamu diajak makan malam dengan mata ditutup. Saat indera penglihatan mereka ditutup, indera lainnya jadi lebih sensitif. Menu makanan yang disantap rupanya batang terung. Di sini selain diajarkan menghargai makanan juga pentingnya fokus saat bersantap agar bisa menikmati makanan tersebut dan bersyukur.

Tubuh dibangun oleh makanan yang kita makan. Ada buku cerita tentang nenek yang memberikan pelajaran agar cucunya menghargai makanan berjudul Nenek Mottainai karya Mariko Shinju.

David, Nikki, dan Rumi kemudian menuju Kyoto. Di sana ada nenek usia 82 tahun yang pandai memanfaatkan tanaman liar bernama Tomoko Wakasugi. Ia menyebutnya revolusi tanaman liar. Baginya alam adalah supermarket. Daun tanaman rambat kudzu bisa dibuat menjadi tempura lezat. Bunga sekam jepang juga bisa dimasak, selain untuk obat.

Sementara di Nishitama, sekelompok anak muda memanfaatkan serangga untuk bahan makanan. Ada sekitar 1000 jenis serangga yang bisa dimasak. Salah satunya larva kumbang sedap untuk ditumis.

Serangga disarankan untuk disantap saat krisis lingkungan karena lebih ramah lingkungan. Serangga bisa menjadi alternatif protein selain daging yang murah meriah.

Aktivis serangga berpesan apabila mengambil nyawa makhluk hidup untuk dimakan maka lakukan sedikit mungkin dan lakukan dengan penuh hormat.

Ada beragam cara lainnya yang dilakukan untuk menghargai makanan dan melawan sampah makanan. Ada yang dengan kompos, ada juga komunitas yang mengumpulkan bahan makanan yang sudah kurang bagus atau yang pemiliknya bosan tiap waktu tertentu lalu dimasak dan disantap bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun