Dalam The Phoenician Scheme, Wes Anderson masih mengandalkan gayanya tersebut. Alhasil visualnya tetap memanjakan mata, membuat betah menyaksikannya.
Ada beberapa kali transisi antara dunia nyata dan alam kematian di film ini yang dialami sosok Korda. Anderson menggunakan warna natural sebagai penggambaran dunia nyata. Sedangkan pengadilan di alam kematian digambarkannya hitam putih.
Para tokoh di film ini memang rata-rata komikal, termasuk Bjorn dan para investor. Dialog antara Korda dan putrinya terasa kontradiktif seperti sosok setan yang jail dan cerdik dengan sosok malaikat yang alim dan tegas. Sementar, Bjorn menjadi penengah di antara keduanya.
Penyelesaian cerita juga mengikuti gaya Wes Anderson pada umumnya. Ada twist dan kejutan yang membuat tergelak.
Para pemeran di film ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam film. Terutama Benedicio el Toro, Michael Cera, dan Benedict Cumberbatch, yang masing-masing berperan sebagai Korda, Bjorn, dan Nubar.Â
Gaya berpakaian Korda yang khas mengingatkan pada salah satu pemimpin di Libya. Namun, rupanya Wes Anderson terinspirasi dari sosok Calouste Gulbenkian, pengusaha minyak di Armenia untuk sosok Korda dalam film.
Meskipun saya sudah sering menyaksikan film-film Wes Anderson, tetapi saya tetap menikmati film ini. Lelucon dan satir ala Wes Anderson memberikan perasaan yang kompleks selama menontonnya.
The Phoenician Scheme merupakan film auteur dengan unsur dark comedy. Gaya visual dan bercerita Wes Anderson masih kental dan tak jauh berbeda dengan film-film sebelumnya, dengan bumbu transisi visual hitam putih yang memberikan pengalaman sinematik yang unik. Skor: 8/10.