Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bikin Buku Sih Hepi, Tapi Ada Kalanya Mentok dan Belum Lanjut Lagi

1 Juni 2025   21:02 Diperbarui: 1 Juni 2025   21:08 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku KOMiK terakhir, sampai saat ini belum ada buku baru lagi (dokpri) 


Buku KOMiK yang terbaru belum jadi? Sebuah pesan masuk. Aku menarik nafas panjang sebelum membalas pesan tersebut. Ingin rasanya menyampaikan keluhan dan masalah yang kuhadapi. Namun, rasanya aku masih bisa mengatasi permasalahan tersebut. Kujawab saja, agar ia sabar menunggu.

Sejak tahun 2019, KOMiK hampir tiap tahun membuat dan menerbitkan buku. Total ada lima buku tentang perfilman. Keempat buku memiliki ISBN, hanya satu buku yang ber-QRCBN. Buku yang ber-ISBN (International Standard Book Number) memiliki identitas buku secara global. Sedangkan buku ber-QRCBN (QR Code Standard Book Number) memiliki identitas buku nasional.

Sejak tahun 2023 memang sulit mendapatkan ISBN karena jumlah nomornya yang makin terbatas. Namun, sebenarnya QRCBN juga sah sebagai identitas buku, meski yah ada keterbatasannya.

Buku yang telah diproduksi KOMiK yaitu Sinema Indonesia, Apa Kabar?; Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema; Kumpulan Naskah Film Pendek; Perempuan dan Sinema; serta Cerita-cerita di Depan Layar. Dari kelima buku tersebut, hanya Cerita-cerita di Depan Layar yang tak ber-ISBN. Oh iya lupa, KO-Magz alias majalah film edisi pertama KOMiK juga ber-ISBN.

Tidak enaknya membuat buku secara independen yaitu buku harus kami promosikan sendiri (dok.KOMiK) 
Tidak enaknya membuat buku secara independen yaitu buku harus kami promosikan sendiri (dok.KOMiK) 
Buku-buku tersebut bisa kalian beli atau temui dan pinjam di Perpusnas dan Perpustakaan Pemda Jakarta. Kami juga rajin menyebarkan ke beberapa event donasi buku dan ke beberapa institusi seperti Museum Penerangan dan Lembaga Sensor Film. Rasanya senang banget ketika mengetahui buku-buku KOMiK terindeks dan muncul di Perpusnas. Ada juga yang mencatatkan buku Perempuan dan Sinema di Goodreads. Alhasil nama-nama Komiker yang ikut proyek buku tersebut juga muncul di pencarian.

Seperti Apa Sih Perasaan Membuat Buku Pertama
Ketika kali pertama membuat dan memproduksi buku KOMiK rasanya melelahkan namun juga menyenangkan. Mungkin ada yang mengira tugas penyusun hanya merekap dan mengumpulkan artikel dari para peserta dan menyerahkan ke penerbit.
Sebenarnya tugas penyusun buku komunitas lumayan banyak, dari merekap buku, mengeditnya, mengelompokkannya agar sesuai kategori dan memiliki benang merah, melakukan penataan (layout), mencari penerbit, hingga mencari pembuat cover buku.

Oleh karena kali pertama membuat buku komunitas, rasanya menyenangkan. Pekerjaan merekap bukan hal yang sulit. Namun, ketika memasuki proses edit barulah mulai pelik. 

Ada tulisan Komiker yang bagus dan rapi sehingga hanya perlu cek typo. Namun, tak sedikit yang agak berantakan dan kurang jelas arahnya. Duh ini isi artikelnya apa ya?

Apabila aku kenal dengan penulisnya maka aku langsung ngobrol untuk cari tahu inti tulisannya. Namun, ada pula yang susah dihubungi, sehingga aku hanya menebak-nebak maksud tulisannya. Alhasil ada beberapa tulisan yang cukup banyak perubahannya. Ada juga yang sebagian kutulis ulang agar sesuai dengan tema dan sesuai dengan standar yang kutetapkan. Oleh karena buku ini nantinya dibaca banyak orang meski berupa antologi, jangan sampai kualitas tulisannya ecek-ecek.

Yang bikin hepi setelah terbut kami bisa adakan event diskusi buku (dok.KOMiK) 
Yang bikin hepi setelah terbut kami bisa adakan event diskusi buku (dok.KOMiK) 
Setelah proses pengeditan selesai, baru aku mengelompokkan tulisan. Di situ baru bisa kususun bab demi bab. Baru kemudian ku-layout. Nah, biasanya kami meminta kata pengantar dari pihak Kompasiana, juga ditaruh di bulb. Sambil menunggu kata pengantar jadi, kami melakukan survei penerbit.

Ada kalanya kami juga meminta bantuan pihak Kompasiana untuk membuat cover, seperti pada buku Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema. Ada juga yang kubuat sendiri dan minta bantuan keponakan seperti pada buku Kumpulan Naskah Film Pendek. Juga ada cover yang dibuat oleh penerbit seperti pada buku Perempuan dan Sinema, serta Cerita-cerita di Depan Layar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun