Buku KOMiK yang terbaru belum jadi? Sebuah pesan masuk. Aku menarik nafas panjang sebelum membalas pesan tersebut. Ingin rasanya menyampaikan keluhan dan masalah yang kuhadapi. Namun, rasanya aku masih bisa mengatasi permasalahan tersebut. Kujawab saja, agar ia sabar menunggu.
Sejak tahun 2019, KOMiK hampir tiap tahun membuat dan menerbitkan buku. Total ada lima buku tentang perfilman. Keempat buku memiliki ISBN, hanya satu buku yang ber-QRCBN. Buku yang ber-ISBN (International Standard Book Number) memiliki identitas buku secara global. Sedangkan buku ber-QRCBN (QR Code Standard Book Number) memiliki identitas buku nasional.
Sejak tahun 2023 memang sulit mendapatkan ISBN karena jumlah nomornya yang makin terbatas. Namun, sebenarnya QRCBN juga sah sebagai identitas buku, meski yah ada keterbatasannya.
Buku yang telah diproduksi KOMiK yaitu Sinema Indonesia, Apa Kabar?; Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema; Kumpulan Naskah Film Pendek; Perempuan dan Sinema; serta Cerita-cerita di Depan Layar. Dari kelima buku tersebut, hanya Cerita-cerita di Depan Layar yang tak ber-ISBN. Oh iya lupa, KO-Magz alias majalah film edisi pertama KOMiK juga ber-ISBN.
Seperti Apa Sih Perasaan Membuat Buku Pertama
Ketika kali pertama membuat dan memproduksi buku KOMiK rasanya melelahkan namun juga menyenangkan. Mungkin ada yang mengira tugas penyusun hanya merekap dan mengumpulkan artikel dari para peserta dan menyerahkan ke penerbit.
Sebenarnya tugas penyusun buku komunitas lumayan banyak, dari merekap buku, mengeditnya, mengelompokkannya agar sesuai kategori dan memiliki benang merah, melakukan penataan (layout), mencari penerbit, hingga mencari pembuat cover buku.
Oleh karena kali pertama membuat buku komunitas, rasanya menyenangkan. Pekerjaan merekap bukan hal yang sulit. Namun, ketika memasuki proses edit barulah mulai pelik.Â
Ada tulisan Komiker yang bagus dan rapi sehingga hanya perlu cek typo. Namun, tak sedikit yang agak berantakan dan kurang jelas arahnya. Duh ini isi artikelnya apa ya?
Apabila aku kenal dengan penulisnya maka aku langsung ngobrol untuk cari tahu inti tulisannya. Namun, ada pula yang susah dihubungi, sehingga aku hanya menebak-nebak maksud tulisannya. Alhasil ada beberapa tulisan yang cukup banyak perubahannya. Ada juga yang sebagian kutulis ulang agar sesuai dengan tema dan sesuai dengan standar yang kutetapkan. Oleh karena buku ini nantinya dibaca banyak orang meski berupa antologi, jangan sampai kualitas tulisannya ecek-ecek.
Ada kalanya kami juga meminta bantuan pihak Kompasiana untuk membuat cover, seperti pada buku Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema. Ada juga yang kubuat sendiri dan minta bantuan keponakan seperti pada buku Kumpulan Naskah Film Pendek. Juga ada cover yang dibuat oleh penerbit seperti pada buku Perempuan dan Sinema, serta Cerita-cerita di Depan Layar.