Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Penjelajah

6 Februari 2024   00:06 Diperbarui: 6 Februari 2024   00:11 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dena terus menjelajah bumi dan mengawasi manusia (sumber gambar: pixabay.com/pexels) 

Dena, namanya. Ia selalu buru-buru mengemasi barangnya ketika musik penanda jam kantor berakhir berdendang. Ia tak suka lembur bahkan enggan diajak kumpul bareng sama rekan-rekan sebayanya. Rupanya ia punya rahasia.

Dalam kamarnya yang sepi dan terpencil, Dena mencoba meloloskan diri dari tubuhnya. Kini ruh dan tubuhnya terpisah menjadi dua entitas. Tubuh itu sedang dililit oleh sesuatu yang terhubung dengan mesin. Seperti sebuah benda elektronik yang dayanya sedang diisi.

Ruh itu memperhatikan tubuh yang ada di depannya. Ia memperhatikan angka dan gambar yang tertera di layar. Tubuh itu sudah mulai mengalami degradasi. Mesin ini hanya mampu mendeteksi kerusakan tubuh dan memberikan sedikit tenaga. Tidak lebih dari itu.

Dena kemudian memilih duduk di jendela. Jendela itu lebar dan bisa diduduki. Ia memandang bintang yang saat itu bertebaran di langit. Kapan aku pulang ke Andromeda? Keluhnya. 

Ia tak tahu mengapa ia harus tetap di bumi dan membuat catatan tentang manusia. Ia merasa jenuh dan lelah. Sudah lebih dari 50 tahun, belum ada perintah apapun yang ia dengar dari ketua. Apa ia sudah dilupakan?

Tubuh manusia itu sebentar lagi akan tidak berfungsi. Ehm masih bisa sih. Tapi aku akan makin melambat dan gerakan tubuh akan makin sulit untuk kusinkronisasikan, Dena merenung.

Fungsi tubuh itu sudah mulai menurun kualitasnya sebelum jiwa Dena memasukinya. Si pemiliknya nampaknya sudah tahu itu sehingga pemiliknya membiarkan Dena berbagi tempat dengan dirinya. Apabila Dena masuk ke tubuh tersebut, pemilik aslinya seperti sedang bermimpi panjang.

Aku perlu tubuh baru, pikir Dena. Di mana dan bagaimana kali ini aku mendapatkannya.

Otaknya terasa panas memikirkan skenario. Ia tak bisa sekonyong-konyong meninggalkan tubuh yang rusak lalu berganti tubuh dengan manusia lainnya. Manusia akan curiga. Ia juga harus menceritakan rencana ini ke pemilik tubuh aslinya.

Memikirkan skenario ini membuat Dena makin lelah. Lalu ia tertawa lebar. Ia telah menemukan solusinya. "Besok-besok aku akan ikut lembur atau nongkrong bareng teman-teman."

Tawanya makin lebar. Rencana pergantian tubuh sudah siap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun