Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Layar", Film tentang Upaya Mempertahankan Bioskop Rakyat

17 Januari 2023   09:00 Diperbarui: 17 Januari 2023   09:06 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Layar tayang di KlikFilm sejak 13 Januari (sumber gambar: KlikFilm) 

Saat pandemi, industri bioskop pun terpuruk. Tak terkecuali bioskop lokal dengan harga yang merakyat. Cerita tentang bioskop rakyat dan problemanya ini disampaikan dalam film Layar.

Adalah Marni (Siti Fauziah) , yang terpaksa pulang ke desa, setelah bioskop tempat ia bekerja,  Merapi Theatre, ditutup. Padahal ia sangat gembira ketika diterima bekerja di sana. Ia sangat mencintai film, cinta yang diwariskan oleh ayahnya yang juga pecinta film.

Ia lalu mengumpulkan rekan-rekan eks pekerja bioskop. Mereka akan terus berkegiatan di bioskop meski tanpa upah, hingga suatu ketika bioskop mereka bisa kembali beroperasi.

Namun, biaya operasional rupanya sangat besar. Bangunan bioskop pun terancam dijual.

Kritik Sosial Lewat Layar
Film Layar yang dibesut oleh Ifa Isfansyah (Sang Penari, Losmen Bu Broto) selintas ringan dan sederhana. Namun sebenarnya film berdurasi 70 menitan ini memiliki kritik sosial, terutama di dunia perfilman nasional.

Saat ini industri bioskop didominasi oleh para pemain besar. Hanya sedikit bioskop lokal yang bertahan. Apalagi yang tiketnya murah dan menjangkau semua kalangan.

Dalam film Layar ini, harga tiket di Merapi Theatre dibandrol Rp 12 ribu. Dengan harga tiket yang murah, para pelanggan mereka dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa dan kalangan menengah ke bawah.

Dengan tiket yang murah, mereka tentunya susah payah untuk bernafas. Fasilitas bioskopnya minimal, peralatan memutar mereka sudah usang, jumlah studio juga terbatas. Mereka tak punya biaya untuk renovasi. Namun sebenarnya bagi sebagian kalangan, fasilitas itu kurang penting. Oleh karena ada yang beralasan bioskop adalah tempat pertemuan dan ruang yang membuka lebar untuk berdiskusi.

Dalam film ini, meskipun bioskop mereka itu kecil, rupanya tak sedikit warga yang bergantung ke mereka sebagai mata pencaharian. Ada tukang becak, penjual jajanan, hingga tukang . Rupanya ada efek domino ketika sebuah bioskop tutup.

Ifa Isfansyah sebagai pekerja film menyampaikan kegelisahannya dalam film ini. Dalam industri perfilman ada empat pilar, pembuat film, penonton, pengulas film, dan pemerintah. Baginya bioskop rakyat adalah solusi untuk menjangkau penonton yang lebih luas dan lebih beragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun