Tapi alangkah baiknya jika ia menguasainya, setidaknya hal-hal yang bersifat dasar, seperti menjahit pakaian yang robek, memasak nasi dan menggoreng telur, mencuci pakaian dan juga menyetrika.
Ketrampilan keputrian ini jadi terasa penting dan berguna ketika kita sedang kesulitan mengakses layanan-layanan yang memudahkan tersebut. Misalnya ketika ngekos di kota kecil atau mendapat beasiswa ke luar negeri, atau ketika kondisi keuangan kita sedang terbatas.

Kawan-kawanku lainnya juga dipaksa kondisi sulit ketika tinggal di luar negeri. Di sana semua serba mahal. Menyewa asisten rumah tangga sungguh mahal. Mau tak mau mereka pun belajar ketrampilan tersebut jika tak ingin besar pasak daripada tiang.
Memang di Indonesia banyak kemudahan, tapi jika menguasai ketrampilan ini maka ketika ART pulang kampung maka kita tak pusing dengan rumah yang kotor dan setrikaan yang menggunung. Belanja makanan di luar terus-terusan juga lama-lama bikin dompet tipis dan belum tentu sehat.
Agar Terampil Maka Perlu Dilatih
Ketrampilan keputrian biasanya diajarkan secara turun-temurun dari seorang ibu kepada putrinya. Atau, juga bisa dari hasil latihan lingkungannya.Â
Ketrampilan keputrian yang umum diajarkan ke anak perempuan di antaranya memasak, menjahit, menyetrika, dan aktivitas lainnya yang berkaitan dengan membersihkan dan merapikan rumah.
Dulu ibu tak pernah secara khusus mengajarkanku tentang ketrampilan tersebut. Aku saja yang tertarik untuk membantu ibu memasak. Ibu kemudian memintaku belajar hal-hal yang sederhana dulu, seperti mengupas, memotong, menghaluskan bumbu, baru kemudian ibu memperbolehkanku memasak di atas api.
Demikian juga dengan ketrampilan lainnya seperti urusan membersihkan dan merapikan rumah. Ibu memberi contoh terlebih dulu cara menyapu, mengepel, mencuci baju hingga menyetrika.Â
Yang paling susah dan paling malas kulakukan adalah belajar menjahit. Ibu mengajariku menisik dan membuat kristikan, sedangkan bibi mengajariku menyulam. Ketika kaus kakiku berlubang maka Ibu pun memintaku menisiknya sendiri.
Demikian juga ketika rokku kepanjangan. Ibu mengawasiku menisik rok dengan rapi, bagaimana agar jahitan itu tak begitu terlihat.