Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Apakah Kamu Terpukau Oleh Badut Itu

4 Desember 2018   15:21 Diperbarui: 4 Desember 2018   15:35 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada apa dengan kelompok badut itu? (dok. Pixabay.com/Gellinger)

Aku melihatnya. Aku tahu yang terjadi pada kota ini akhir-akhir ini ada kaitannya dengan sesuatu. Sesuatu yang nampak menghibur dan membuat Kalian terpaku. Kelompok badut itu.

Bukan, tidak ada aksi pembunuhan di kota ini. Syukurlah tidak ada dan jangan pernah terjadi. Jika Kalian menebak kumpulan badut itu perampok yang menyamar maka tebakan Kalian juga tidak benar.

Ya, ya, ya ini prediksiku saja. Aku juga tidak berniat menjatuhkan profesi badut. Aku hanya tak suka dengan kelompok badut itu saja. Firasatku menyatakan ada sesuatu yang disembunyikan dan direncanakan oleh mereka.

Clara, nama putri kawanku tersebut. Waktu itu Prima memintaku untuk membantunya menyiapkan hidangan untuk perayaan pesta ulang tahun kawanku. Ia mengundang sekelompok badut untuk memeriahkan pesta anaknya.

Tak ada yang salah dengan penampilan para badut itu. Ada tiga badut, mengenakan kostum yang lucu dengan tema laut, seperti yang disukai Clara.Yang tinggi mengenakan kostum seperti ikan paus. Lainnya menjadi gurita dan bintang laut. Mereka sungguh kreatif dalam mendesain kostum itu. Kostumnya original, aku belum pernah menjumpai kostum seperti itu.

Setelah itu aku tak tahu apa-apa. Aku menyiapkan tart, puding dan kue-kue lucu, es buah, serta piring, gelas di ruang sebelah. Aku seperti asisten bagi si Prima. Ah sudahlah toh hanya sesekali.

Aku sibuk menyiapkan hidangan. Aku melewatkan pertunjukan mereka.

Mereka, Prima dan putrinya, serta para undangan itu begitu tenang. Si Taha, kawan Clara, yang biasanya ribut juga menjadi sungguh pendiam. Ah kenapa mereka menjadi begini. Apakah mereka kelelahan tertawa dan bertepuk tangan saat badut itu beraksi?

Aku menepuk lengan Prima keras, berupaya menarik perhatiannya. Aku berbisik kepadanya, "Ada apa sih Prim, kok jadi sepi begini,"

Aku terkejut mendengar nada bicaranya yang begitu sopan dengan kalimat tertata. Tak biasanya. Ia memintaku untuk makan dengan tenang, tak berkata-kata karena itu tak sopan.

Hingga pesta itu berakhir, semuanya begitu tenang. Hanya ada tepuk tangan sesekali dan kata-kata yang sopan. Sungguh berbeda dengan satu jam lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun