Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kisah-kisah ketika Liburan ke Baluran

11 Juli 2018   22:23 Diperbarui: 12 Juli 2018   07:30 3027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di sini hanya Rp 100 ribu permalamnya (dokpri)

Hawa di luar begitu gerah dan sinar matahari panas menyengat. Musim kemarau rupanya sudah menunjukkan gelagatnya. Setelah dua hari mengeksplorasi Jember, kami pun melanjutkan perjalanan menuju perbatasan Situbondo-Banyuwangi. Perjalanan berjam-jam menunjukkan tanda. Ketika pepohonan yang seperti tengah meranggas mulai bermunculan  menyambut kami, aku langsung tahu tujuan kami sudah dekat. Kami siap mengeksplorasi Taman Nasional Baluran.

Taman Nasional Baluran sudah lama masuk dalam daftar obyek wisata yang ingin kutuju. Akhirnya baru libur lebaran lalu aku berkesempatan jalan-jalan ke Taman Nasional yang dulu bernama Hutan Lindung dan Suaka Margasatwa ini.

Kayaknya sudah dekat nih (dokpri)
Kayaknya sudah dekat nih (dokpri)
Ya kami tiba juga akhirnya ke sini (dokpri)
Ya kami tiba juga akhirnya ke sini (dokpri)
Jam menunjukkan pukul 14.00 lewat ketika kami sampai di gerbang masuk Taman Nasional Baluran. Kami harus beli tiket terlebih dulu, berupa tiket perorangan dan tiket kendaraan. Tiket hariannya Rp 17.500,- dan untuk tiket masuk roda dua dan roda empat masing-masing sebesarRp 7,5 ribu dan Rp 15 ribu rupiah. Untuk hari kerja maka tarifnya lebih murah Rp 2,5 ribu.

Oh ya mobilnya oleh petugas dicek dulu. Jika mobil jenis sedan maka dicek dulu ground clearance dan jumlah penumpangnya. Mengapa begitu? Karena jalan sepanjang Baluran banyak yang rusak. Jika dipaksa bisa-bisa malah kendaraannya bermasalah. Apabila ditolak masuk maka ada mobil atau motor sewa pengganti.

Oke si Putih lolos. Sebelum berangkat kami pun melihat-lihat koleksi hewan yang sebagian dipajang dalam vitrin bak sebuah museum kecil. Ada ular, elang, kepala rusa, dan cerita sejarah Taman Nasional Baluran ini.

Tempat pembelian tiket masuk sekaligus museum mungil (dokpri)
Tempat pembelian tiket masuk sekaligus museum mungil (dokpri)
Baca Sejarahnya Dulu Yuk

Taman Nasional Baluran ini punya kisah panjang dari hutan lindung dan suaka margasatwa. Apa ya bedanya? Kalau kubaca dari UU no 41 tahun 1999, perbedaan antara hutan lindung,suaka margasatwa, dan taman nasional itu terletak lebih pada fungsinya.

Hutan lindung lebih berfungsi untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Suaka margasatwa bagian dari kawasan suaka alam. Ia berfungsi untuk sebagai tempat hidup satwa khas atau hutan yang memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi. Sedangkan taman nasional merupakan hutan yang luas untuk pengawetan keanekaragaman hayati dan perlindungan alam.

Baluran diambil dari nama gunung, Gunung Baluran. Kisah taman nasional ini dimulai pada tahun 1930 ketika Direktur Kebun Raya Bogor, KW. Dammerman,  mengusulkan Baluran sebagai hutan lindung. Dua tahun sebelumnya, AH. Loedeboer, seorang pemburu di kawasan Baluran menganggap daerah ini cocok sebagai tempat perlindungan satwa. Sejak ditetapkan sebagai hutan lindung, perburuan di daerah Baluran pun dilarang.

Nama Baluran selanjutnya resmi ditetapkan berubah menjadi suaka margasatwa pada tahun 1937 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan pada tahun 1962 oleh Menteri Pertanian dan Agraria RI. Kemudian, Baluran menjadi taman nasional pada tahun 1980 oleh Menteri Pertanian.

Taman nasional ini termasuk yang tertua dan memiliki biodiversitas yang tinggi, bersama-sama Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, TN Ujung Kulon, TN Komodo, dan TN Gunung Leuser. Seandainya pada tahun 1949 Perum Perhutani tidak menebang habis hutan alam murni tua pohon kesambi dan menggantinya dengan hutan jati maka keragaman hayati di Baluran akan makin lengkap. Sekarang hutan pohon kesambi tidak ditemukan lagi di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun