Setelah lama hidup menempuh jalan masing-masing, mereka bertemu lagi saat makan siang. Mulder menunggunya di kantin rumah sakit dan menunjukkan undangan dari kenalannya untuk tinggal dan bekerja di Indonesia.
Scully ikut antusias ketika mendengar nama Indonesia disebut. Ia sudah sering mendengar keindahan pulau Bali dan eksotisnya menengok hewan purba di pulau Komodo. Angan-angannya melambung, mungkin Mulder akan meminangnya dan mereka akan berbulan madu ke Bali, pulau Moyo, pulau Komodo, dan pulau-pulau eksotis lainnya.
***
Â
Impiannya sirna ketika keduanya dijemput di bandara Adi Sutjipto dan kemudian mengarungi kota Yogyakarta selama berjam-jam. Dayat, kenalan Mulder yang berprofesi sebagai arkeolog dan pengajar, menunjukkan beberapa bangunan yang nampak kuno dan antik. Mulder nampak antusias dan bertanya ini itu,sementara Scully lebih banyak diam.
Kota yang terlihat dari balik jendelanya nampak asing. Bahasa yang digunakan para penduduk kota itu juga tidak dikenalnya. Ada aksara yang nampak artistik menghiasi nama jalan dan bangunan. Namun, tak jarang terdapat hotel dan pusat perbelanjaan megah. Scully merasa takjub, ia seolah berada di antara masa lalu dan masa kini. Apa yang akan kami lakukan di sini, pikir Scully
Sejak Mulder dan Dayat bertemu mereka sudah seperti sahabat lama. Padahal mereka selama ini berkomunikasi hanya melalui surat elektronik. Sama seperti Mulder, Dayat suka mitos-mitos dan juga percaya pada alien. Scully jadi merasa cemburu dan merasa tersisihkan.
***
Â
Bak guide wisata, Dayat mengajak mereka ke Taman Sari, Keraton, dan Benteng. Setelah makan siang di restoran yang menyajikan menu masakan para sultan Yogya, mobil kembali mengarah ke luar kota, menuju Magelang.
Mereka berhenti di halaman rumah joglo yang cukup luas. Halaman rumah begitu asri dan penuh pohon buah yang diatur rapi. Rumah joglo itu terbagi atas bagian utama dan paviliun di kanan kiri.