Ini yang sering bikin saya ngomel ke sana-sini: program bagus jangan hanya berhenti di niat. Pengawasan, distribusi, cara simpan, cara masak, semua harus detail. Jangan karena pengen cepat, semua jadi asal-asalan.
Nitrit Bukan Monster, Tapi Harus Ditangani Serius
Supaya adil, saya juga harus bilang begini: nitrit itu bukan sepenuhnya musuh. Dalam jumlah wajar, nitrit bisa membantu tubuh. Bahkan ada penelitian yang bilang nitrit bisa melancarkan sirkulasi darah. Tapi, ibarat gula darah, kolesterol, atau garam, semua ada batas amannya.
Masalahnya di sini, siapa yang ngawasin batas aman itu? Anak-anak bukan punya "sensor nitrit" di lidah mereka. Orang tua pun nggak bisa mendeteksi hanya dengan cium bau atau lihat warna. Satu-satunya jalan ya lewat pengawasan ketat dari dapur penyedia MBG.
Belajar dari Kasus Bandung Barat
Kejadian di Kabupaten Bandung Barat ini semoga jadi tamparan. Kalau anak-anak sampai jatuh sakit, itu bukan sekadar angka di laporan. Itu berarti ada 1.315 keluarga yang panik, ribut cari obat, keluar uang untuk biaya rumah sakit, bahkan mungkin trauma tiap kali dengar kata "makan gratis".
Sebagai orang tua, saya berharap BGN bukan hanya mengumumkan hasil investigasi, tapi juga dorong pemerintah bikin standar baru:
Bagaimana cara simpan makanan agar nitrit tidak melonjak.
Bagaimana mekanisme pengawasan harian di sekolah.
Bagaimana edukasi ke orang tua soal risiko nitrit.