Makan siang anak sekolah itu ternyata bukan perkara sederhana. Bagi emak-emak, jam 12 siang bukan cuma waktunya nasi panas, tapi juga waktunya drama. Ada yang masak buru-buru, ada yang angkut rantang stainless ke sekolah, sampai ada yang rela jadi kurir dadakan.Â
Katanya sudah ada program MBG, alias Makan Bergizi Gratis, tapi kok malah bikin emak-emak tambah sibuk?Â
Di satu sisi kita disuruh percaya anak-anak akan dapat gizi seimbang, tapi di sisi lain, nampan alumunium masih berisi sisa makanan. Jadi sebenarnya ini solusi, atau malah bikin emak harus kerja dobel?
MBG di Sekolah, Kenapa Ada yang Kebagian Ada yang Enggak?
Anak saya yang SD sekolah di swasta. Eh, ternyata jatah MBG cuma sampai level TK. Lho, masa anak SD yang sudah butuh energi ekstra buat belajar, lari-larian, dan ekskul malah enggak kebagian? Rasanya seperti masak rendang tapi lupa kasih santan: nanggung.
Saya sering lihat nampan bekas makan MBG. Anak-anak TK itu, kalau makanannya kurang menarik, ya sudah ditinggal begitu saja. Sisa makanan ditumpuk, diikat dengan tali rapia. Praktis memang, tapi bikin hati emak miris.Â
Bayangkan berapa banyak makanan yang mubazir tiap hari. Kalau tujuannya menyehatkan anak, kenapa enggak coba tanya dulu apa menu yang mereka suka? Jangan sampai program ini cuma jadi formalitas foto-foto untuk laporan.
Katering Sekolah, Murah tapi Kurang Nendang
Di sekolah anak saya yang bontot, ada pilihan katering dengan biaya Rp150 ribu sampai Rp200 ribu per bulan. Lumayan murah sih, kalau dihitung per harinya. Tapi anak saya ogah makan. Katanya rasanya enggak cocok, terutama kalau bumbunya dicampur cabai. Ya namanya juga anak, lidahnya enggak bisa dipaksa.
Akhirnya saya dan suami jadi kurir makan siang. Saya sengaja beli kotak makan stainless supaya hangatnya awet. Kalau lagi rajin, masak sederhana aja: telur dadar, sup, ayam katsu atau ayam goreng. Kalau lagi malas, ya tinggal beli lauk jadi. Ayam bakar, ayam pop, soto ayam---pokoknya ayam semua. Emak-emak pasti ngerti, ayam itu menu sejuta umat.
Katering ini jadi mirip kuota internet murah: ada, tapi sinyalnya sering lemot. Harga oke, tapi kualitas bikin anak males.
Mungkin keresahan ini ditangkap emak-emak korlas, sehingga memasukkan pembagian makanan sehat di program kerjanya. Ya tapi, enggak gratis sih! Setiap anak akan iuran Rp10.000. Tidak masalah itu mah.Â