Sebagai ibu dua anak yang biasa ngatur belanja bulanan sampai receh terakhir, saya mendadak pusing tujuh keliling baca kabar DPRD Kabupaten Bandung Barat minta iPad untuk 50 orang anggota. Anggarannya sampai 1 miliar. Di zaman serba susah ini!
Alasannya? Tablet biasa tak cukup kuat. Duh, ini kerja wakil rakyat atau editor film Marvel?
Katanya demi kerja efektif dan efisiensi. Tapi kalau dilihat dari biaya turunannya, jelas ini bukan langkah yang tepat guna. iPad itu bukan sekadar beli alat, tapi satu paket ekosistem yang serba berbayar: aplikasi, penyimpanan, aksesori.
Bandingkan dengan UMKM yang dikasih tablet murah saja bisa bantu pencatatan keuangan dan transaksi online. Kerja mereka nyata, dampaknya terasa.
Sebagai rakyat biasa, saya jadi mikir---aspirasi siapa yang sebenarnya mereka wakili? Jangan sampai anggaran rakyat malah lari ke gengsi pribadi.Â
Yuk kita bahas logika "efisiensi" ala DPRD Bandung Barat ini.
Sebagai ibu-ibu yang hidup dari ngejar diskonan sampai ngatur menu hemat lima hari, saya boleh dong angkat alis berkali-kali baca kabar DPRD Kabupaten Bandung Barat minta iPad untuk 50 anggota dewan?Â
Padahal yang diminta itu bukan sembarang tablet, tapi iPad---alat canggih nan prestisius. Alasannya, tablet biasa tak memadai untuk kinerja mereka. Lah, mereka yang ngurus toko online dengan berbagai kesibukannya kok masih bisa pakai tablet murah.
Kalian bilang ini soal efisiensi anggaran dan menunjang kerja efektif. Tapi rakyat juga gak bego, Pak Bu. Efisiensi kok belanja barang mewah? Efektif itu bukan dari alat mahal, tapi dari hasil kerja nyata yang dirasakan masyarakat.
Belum lagi kalau kita hitung biaya turunannya. iPad itu gak bisa berdiri sendiri. Harus beli penyimpanan iCloud, langganan aplikasi, belum lagi keyboard tambahan dan casing tahan banting. Ujung-ujungnya, anggaran meledak lagi. Di mana tepat gunanya?