Seolah-olah kebahagiaan seorang perempuan harus disusun berdasarkan persetujuan publik.Â
Begitu juga saat ada perempuan yang dilecehkan, siapa yang sering kali pertama menyalahkan? Perempuan lain. "Pakaiannya terbuka." "Salah sendiri keluar malam." "Kenapa nggak jaga diri?"Â
Seakan-akan pelaku pelecehan itu seperti hujan: sudah kodratnya turun, tinggal perempuan yang harus pandai-pandai berteduh.
Begini, tahun sudah 2025. Sudah saatnya perempuan berhenti menjadi objek. Sudah saatnya suara kita lebih keras daripada tawa mereka yang menjadikan kita bahan hiburan. Dan sudah saatnya kita, sebagai perempuan, berhenti menghakimi sesama.Â
Karena selama kita masih sibuk menjatuhkan satu sama lain, mereka akan terus bertepuk tangan melihat kita tetap di bawah.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI