Sebagai seseorang yang gemar membaca, saya selalu berusaha menikmati setiap cerita yang tersaji dalam novel. Seiring dengan perkembangan teknologi, membaca novel secara online menjadi alternatif yang menarik, apalagi dengan hadirnya berbagai platform yang menyediakan ribuan cerita dalam genggaman.Â
Saya bahkan sampai menjadi member VIP agar dapat menikmati bacaan tanpa hambatan.
Namun, pengalaman kurang menyenangkan baru saja saya alami. Salah satu novel yang sedang saya ikuti mendadak berhenti di bab 51. Tidak hanya itu, sinopsisnya berubah, demikian juga dengan judulnya. Dari judul 'Cinta Ugal-ugalan Pak Camat' menjadi 'Rumahtanggahancur'.
Setelah menelusuri lebih lanjut, rupanya suami dari sang penulis yang mengubahnya. Dalam keterangannya, si suami mengungkapkan bahwa aktivitas istrinya menulis novel telah menyita terlalu banyak waktu, membuat anak-anak dan suami merasa diabaikan.
Kejadian ini cukup mengusik saya. Apakah peran seorang istri dalam rumah tangga berarti harus melepaskan segala sesuatu yang menjadi hobinya, meskipun hal itu bisa menghasilkan?Â
Dalam berumah tangga, suami dan istri seharusnya saling mengisi, melengkapi, dan menguatkan, bukan justru membatasi atau merampas hak satu sama lain untuk berkembang.
Seorang istri tentu memiliki tanggung jawab terhadap keluarga. Ia adalah ibu bagi anak-anaknya dan pasangan bagi suaminya.Â
Namun, bukan berarti ia harus kehilangan dirinya sendiri. Banyak istri yang berhasil menjalankan peran ganda: sebagai ibu rumah tangga yang baik sekaligus individu yang berkarya.Â
Begitu pula seorang suami, ia juga harus memahami bahwa istri berhak memiliki ruang untuk dirinya sendiri, untuk menyalurkan bakat dan hobi yang bisa jadi turut berkontribusi bagi kesejahteraan keluarga.
Yang dibutuhkan adalah keseimbangan. Seorang istri yang ingin menulis novel atau menekuni bidang lain tetap harus menyadari batasnya. Mengelola waktu dengan baik adalah kuncinya.Â
Di sisi lain, suami juga harus lebih terbuka dan mendukung, bukan langsung menghakimi dan mengambil langkah drastis seperti mengubah karya istrinya secara sepihak.
Rumah tangga adalah kerja sama. Jika ada ketidakseimbangan dalam menjalankan peran, komunikasi harus dibuka, bukan justru menjatuhkan salah satu pihak.Â
Pada akhirnya, bukan tentang memilih antara keluarga atau hobi, melainkan bagaimana keduanya bisa berjalan beriringan dengan kesepakatan dan pengertian yang baik. Sebab, rumah tangga yang harmonis adalah yang saling mendukung, bukan saling membatasi.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI