Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seikat Bunga Mawar di Hari Valentine

20 Juli 2023   14:45 Diperbarui: 20 Juli 2023   14:49 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar pixabay

"Gimana ibu Ren. Sudah baikan". Reno dengan nada lemah menjawab.

"Masih di ruang icu". Dia tidak lagi bisa melanjutkan kata-kata. Perasaannya begitu pilu.

"Sabar ya Ren. Kita harus lebih banyak berdoa demi kesembuhan ibu". Vivin memegang tangan Reno.

Menjelang sore, Vivin tetap setia menemani Reno di rumah sakit. Tiba-tiba saja tim dokter memanggil keluarga. Reno bergegas keruang icu. Vivin mengikuti jejak Reno. Sesampai di dalam ruang icu, didapati rekaman denyut jantung ibunya berupa garis lurus saja. Para medis dan dokter yang merawat kelihatan cemas. Salah seorang kemudian berkata.

"Mohon maaf kami tidak bisa menyelamatkan ibu". Baru sekian ucapan dokter, tangis histeris memecah kesunyian. Reno dan adiknya memeluk jasad ibunya. Vivin tidak kuasa menahan tangisnya. Dia menghampiri Reno. Dia berusaha menenangkan Reno.

"Vin, aku kehilangan semuanya". Suara reno dibalik tangisnya yang sesenggukan.

"Aku masih disisi mu Ren. Aku akan menemanimu selamanya". Vivin menenangkan Reno.
Reno memeluk Vivin. Vivin mengambil seikat bunga mawar yang baru saja diberikan oleh Reno.

"Ren, bunga ini aku titipkan sama ibu. Aku ingin buktikan kesetianku padamu dihadapan ibu, walau beliau sudah tiada".

"Terimakasih Vin. Hanya kamu yang bisa menggantikan ibu".
Mereka bergegas mempersiapkan penguburan ibunya. Ternyata seikat bunga mawar di hari valentin, hanya isyarat ikatan cinta mereka harus dijaga.

Bali, 13 2 23

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun