Mohon tunggu...
Devi Meilana Trisnawati
Devi Meilana Trisnawati Mohon Tunggu... Pengajar - Seorang Ibu Rumah Tangga, Pengajar Paruh Waktu dan Blogger

Pengagum Berat Westlife. Menaruh cinta pada dunia Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Industri Halal, Indonesia sebagai Pasar atau Pelaku?

3 Januari 2018   16:59 Diperbarui: 5 Januari 2018   08:42 1906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : http://ifpnews.com

Yang pertama adalah Malaysia. Negara ini memang menjadi "leader" dari industri halal dan syariah bahkan bagi negara-negara anggota Organisation of Islamic Cooperation (OIC) atau dalam bahasa Indonesia disebut OKI (Organisasi Kerjasama Islam). 

Sektor Perbankan syariah Malaysia menduduki peringkat satu dunia dan menjadi rujukan bagi negara-negara dengan minat yang sama. Market share perbankan syariah disana mencapai 40-50%. Dilansir dari Dream.co.id, Perbankan Malaysia telah menciptakan instrumen syariah, infrastruktur keuangan syariah yang lengkap dan koordinatif. Selain Perbankan, Malaysia juga menjadi tujuan wisata muslim traveler paling ramah disusul Uni Emirat Arab dan Indonesia.

Bank Islam Malaysia, Sumber: internationalbanker.com
Bank Islam Malaysia, Sumber: internationalbanker.com
Kedua, Korea Selatan dengan sebagian besar penduduk yang menganut atheis, justru turut andil. Menurut sumber, salah satu faktornya adalah pasar kosmetik mereka di Cina, Jepang dan Amerika terhalang oleh muatan politis. Kini mereka berekpansi ke pasar Indoensia dan berusaha mendapatkan label halal untuk mendapat kepercayaan konsumen Indonesia. 

Selama ini, kita tahu bahwa bagi wanita Asia, rujukan kosmetik adalah dari negara Asia Timur terutama Korea Selatan dan Jepang karena memiliki jenis kulit yang hampir sama. Saking seriusnya, Korea Selatan menggarap Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) dan Laboratorium Halal demi terjaminnya produk halal bagi kosmetik dari mereka.

Kosmetik Korea Bersertifikasi Halal, Sumber: https://www.kholic.id/
Kosmetik Korea Bersertifikasi Halal, Sumber: https://www.kholic.id/
Dan ketiga, ada Australia. Negeri Kangguru ini sebenarnya dianggap tak lazim masuk dalam kompetisi ini. Jumlah penduduk muslim disini hanya berkisar 2,2% dari total seluruh penduduk. Faktanya, pertumbuhan penduduk muslim yang melesat seperti yang telah saya uraikan di atas, tak berlaku di negara ini. Namun, terlepas dari itu, komitmen pemerintah Australia tak diragukan lagi. Australia sudah memposisikan diri menjadi negera pengekspor daging sapi halal. 

Daging sapi tersebut telah tersertifikasi halal. Sertifikasi halal dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang ada disana. Setidaknya ada 22 lembaga pemberi sertifikasi halal di Australia, 8 diantaranya telah diakui oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dirangkum Tribun, Australia berada di posisi kedua eksportir daging sapi di dunia, diikuti negara-negara minoritas muslim lainnya.

Terakhir, ada juga Thailand yang secara mayoritas penduduknya bergama Buddha. Hanya ada 5% penduduk muslim disana. Namun, mereka mulai berambisi untuk dapat masuk dalam 5 negara eksportir produk halal terbesar dunia. Mereka ingin menjadi dapur halal dunia. Mereka ingin menerapkan Halal Supply Chain, atau Rantai Pasok Halal. 

Perjalanan pembuatan produk dari hulu ke hilir benar-benar dipastikan kehalalannya. Thailand berguru pada sang ahli, Malaysia dengan ditandainya kerjasama antara kedua negara dalam hal rantai pasok produk halal. Dikutip dari halalfocus.net, Thailand mengekspor makanan halal senilai $ 6 miliar per tahun sementara Malaysia telah menjadi salah satu eksportir halal utama, mengeluarkan $ 11 miliar produk per tahun.

Belum Kuat Sebagai Pelaku, Indonesia Sebenarnya Masih Menjadi Pasar

Namun, tahukah anda kompasianer, sebenarnya dari adanya keunggulan dari produk-produk halal negara-negara diatas, justru Indonesialah sebagai pangsa pasar mereka? dilansir wartaekonomi.co.id, Indonesia menempati rangking satu untuk halal food. Untuk obat-obatan, menempati urutan keempat. Untuk kosmetik, menempati urutan ketiga. 

Untuk sektor fashion, menempati urutan kelima kemudian wisata diurutan keempat. Urutan tersebut adalah sebagai pangsa pasar, bukan pelaku. Sekali lagi, bukan sebagai pelaku industri halal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun