Mohon tunggu...
Devi Ervika
Devi Ervika Mohon Tunggu... Lainnya - Long life hallucinations

✨

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Diary Amelia, Antara Janji Masa Depan dan Realita Penuh Sandungan

4 September 2021   22:20 Diperbarui: 4 September 2021   22:41 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hay perkenalkan aku adalah seorang gadis berusia 21 tahun. Sebut saja namaku Amelia. Bukan nama asliku, tapi aku sangat menyukai nama Amelia. Selain karena nama ini hilir mudik dalam novel penulis favoritku, Amelia juga nama adik perempuan yang rasanya sulit untuk kujumpai lagi.

Amelia bukan adik kandungku, namun kita sangat dekat seperti saudara kandung. Sebuah konflik keluarga membuatku tidak bisa menemuinya dengan mudah. Terhitung sudah setahun lebih aku tidak melihatnya.

Sedangkan Amelia dalam tokoh novel penulis favoritku diceritakan sebagai anak yang kuat. Terlahir sebagai anak bungsu dari empat bersaudara, Amelia tidak lantas manja. Dia menjadi anak dengan pendirian yang kuat.

Oke kembali ke aku. Jadi di usia ke-21 ini aku merasa sebagai gadis yang hancur. Maybe hanya perasaanku saja, karena pada dasarnya usia ini adalah waktunya bagi seseorang untuk beralih dari mode bersenang-senang menuju memikiran hidup dengan serius. Beralih dari mode hura-hura ke mode siap berumah tangga. (Jodoh mana jodoh)

Akupun merasa harus memikirkan hidup yang terarah. Aku tidak akan berfikir tentang masa depan, karena aku tau masa depan hanya angan yang euforianya mengotori pikiran.

Kukatakan seperti ini karena masa depan membuatku berfikir bahwa akan selalu ada hari esok yang lebih baik dari hari ini. sedangkan setelah sekian tahun berlalu, rasanya yang pernah kuharapkan itu tidak pernah kutemukan.

Entah aku yang kurang berusaha, kurang beruntung, atau memang konsep masa depan itu sendiri yang keliru. Jadi mulai sekarang kuputuskan saja untuk fokus menjalani target-target jangka dekat, menjalani hari ini dengan sebaik mungkin dan no lazy-lazy club.

Meski demikian aku tetap dipenuhi kegelisahan. Tidak peduli betapa serius aku memetakan apa yang akan kulakukan, aku tetap tidak bisa berhenti memikirkan akan hari-hariku yang kacau dan konsep hari esok yang sangat abu-abu.

Jadi izinkan aku sedikit bercerita tentang kegelisahanku...

Pertama, ini bisa dikatakan masalah keluarga dan juga masalah uang. Saudaraku meminjam uang bank dengan sertifikat tanah milik ayahku. Jumlahnya bisa dikatakan sangat fantastis mengingat pinjaman itu menggunakan 2 sertifikat tanah sekaligus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun