Mohon tunggu...
Devi Novianti Fernanda
Devi Novianti Fernanda Mohon Tunggu... Operator - Writer • Motivator • Content Creator • Muslimah Preneur

Seorang muslimah yang sedang jatuh cinta dengan dunia kepenulisan. Menjadikan tulisan sebagai caranya untuk menebar manfaat, menasihati diri, dan berdakwah. Buku pertamanya yang berjudul "Sayap Hijrah" akan segera terbit. Instagram: @denov_fer. Facebook: Devi Novianti Fernanda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Berhenti Peduli

3 Desember 2022   12:51 Diperbarui: 3 Desember 2022   13:08 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasanya di zaman sekarang ini, rasa peduli yang ada pada diri sebagian manusia mulai menipis. Dibandingkan peduli, banyak dari kita yang lebih suka memenuhi rasa ingin tahunya saja. Melakukan berbagai hal agar bisa tahu urusan pribadi orang lain. Bukan untuk membantu, melainkan untuk bisa mengomentari.

Padahal ada hal-hal dari diri seseorang yang tidak harus selalu kita ketahui, apalagi menyangkut aib yang ingin ditutupinya sebagimana Allah pun menutupi aib hamba-hamba-Nya. Kecuali, jika kita berniat membantu, manasihati, atau minimal menyemangati. Bertindak sebagai seorang muslim yang diwajibkan untuk amar ma'ruf nahi mungkar, bukan pribadi yang sibuk dengan aib saudara sendiri.

Tidak jarang pula, saking sibuknya kita dengan aib orang lain. Kita sampai lupa jika kita sendiri pun punya aib. Padahal di akhirat kelak, kita tidak akan ditanya tentang aib-aib orang lain. Kelak, yang akan dihisab adalah amal perbuatan kita, bukan tetangga atau rekan kita.

Bukan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu atau ingin bisa berkomentar saja. Saat melihat orang lain terkena musibah atau kesulitan, tidak sedikit yang malah sibuk mengambil momen, merekam, lalu di-share. Supaya apa? Supaya dianggap update, bisa viral, atau mendapat banyak like. Terlebih, sosial media seolah menjadi sesuatu yang utama.

Sebenarnya tidak masalah, jika kita membagikan kesulitan orang lain di media sosial dengan niat untuk membantu. Misalnya, kita tidak punya kemampuan untuk menolong orang tersebut, jadi kita mengajak orang lain yang barangkali bisa untuk membantu.

Semua kembali lagi ke niat kita. Sebelum melakukan apa pun, coba kita cek dulu hati kita. Kita tanya diri kita sendiri. Sebenarnya untuk apa kita melakukannya? Apa karena kita benar-benar peduli atau sekadar ingin tahu?

Jika rasa peduli itu memang ada. Kita bisa memulai dengan orang-orang di sekeliling kita. Membantu mereka yang membutuhkan dengan kemampuan yang kita punya, yang sanggup kita lakukan. Toh, ketika kita melakukan kebaikan pun, kebaikan itu untuk kita sendiri. Bukankah Allah yang mengatakan bahwa apa yang kita lakukan akan kembali ke diri kita sendiri?

Jika rasa peduli itu mulai menipis dalam diri kita. Yuk, kita coba tumbuhkan kembali. Kita bantu saudara kita yang dirasa butuh bantuan, tanpa harus mencari tahu lebih dalam sesuatu yang tidak ingin orang lain ketahui darinya atau belum siap dia ceritakan. Bukankah kita punya kewajiban untuk berlomba dalam kebaikan dan mencegah kemungkaran?

Jika tangan ini masih belum mampu mengubah dan lisan masih kelu untuk memberikan nasihat. Semoga hati kita belum mati untuk bisa menerima dan meminta kebaikan untuk diri dan saudara-saudara kita.

Jangan lelah untuk berbuat baik. Jangan berhenti untuk peduli. Jika yang kita harapkan adalah kebaikan dan kepedulian Allah, yang selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun